DEPOK, THINKWAY – Memutuskan untuk menjalani operasi sedot lemak, perlu pertimbangan matang. Mengingat ada resiko yang membayangi dalam prosedurnya, kamu harus memahami risiko sedat lemok saat operasi, risiko setelah operasi, dan risiko selama proses pemulihan. Belajar dari kejadian baru-baru ini, seorang selebgram wanita asal Medan, Sumatera Utara, Ella Nanda Sari Hasibuan (30) meninggal dunia setelah diduga melakukan operasi sedot lemak di salah satu klinik kecantikan di Beji, Depok, Jawa Barat.Berdasarkan informasi yang dihimpun, peristiwa itu terjadi pada Senin (22/7) lalu.
Polisi mengetahui kasus dugaan malapraktik itu setelah viral di media sosial. Polisi memeriksa dua saksi soal dugaan kasus malapraktik itu. Mereka yang diperiksa yakni dokter yang melakukan tindakan medis dan suaminya dari pemilik klinik kecantikan tempat operasi dilakukan.
Sedot lemak merupakan prosedur operasi untuk menghilangkan timbunan lemak yang sulit dihilangkan dengan olahraga dan diet, serta memperbaiki bentuk tubuh. Area tubuh yang biasanya diperindah dengan prosedur sedot lemak meliputi perut, pinggul, paha, bokong, lengan, atau leher. Meski demikian, sedot lemak bukanlah cara terbaik untuk menurunkan berat badan, karena jumlah lemak yang dapat dihilangkan dalam prosedur ini hanya berkisar 0,5–5 kg.
Sama seperti prosedur operasi lainnya, sedot lemak juga memiliki beberapa risiko dan komplikasi. Beberapa risiko sedot lemak bahkan berbahaya dan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius.
Beberapa risiko sedot lemak setelah operasi :
- Emboli lemak
Kondisi ini terjadi saat pecahan lemak terlepas dan terperangkap di pembuluh darah, sehingga memicu terjadinya penyumbatan di aliran darah. Jika tidak segera ditangani, risiko sedot lemak yang satu ini bisa menyebabkan terganggunya fungsi organ bahkan kematian. - Infeksi
Meski jarang terjadi, infeksi bisa saja Anda alami setelah prosedur sedot lemak selesai dilakukan. Kondisi ini tergolong sebagai komplikasi serius karena infeksi yang terjadi di jaringan lemak sulit diobati dan dapat mengancam nyawa. - Hematoma
Risiko sedot lemak lainnya adalah hematoma atau memar, yaitu kondisi ketika darah merembes dan terkumpul di bawah kulit. Kondisi ini terjadi akibat pecah atau bocornya pembuluh darah saat dilakukannya prosedur sedot lemak. - Akumulasi cairan di bawah kulit
Akumulasi cairan yang ditandai dengan terbentuknya kantung cairan (seroma) di bawah kulit juga dapat menjadi salah satu risiko sedot lemak. Kondisi ini biasanya dapat hilang sendiri, tepatnya sebulan setelah menjalani sedot lemak. - Gangguan jantung dan ginjal
Perubahan kadar cairan dalam tubuh saat prosedur sedot lemak dapat menyebabkan gangguan pada ginjal, jantung, bahkan paru-paru. Risiko sedot lemak satu ini dapat mengancam jiwa bila tidak segera ditangani. - Lidocaine toxicity
Lidocaine merupakan obat bius lokal yang digunakan saat operasi sedot lemak. Meski jarang terjadi, pemberian obat bius ini dapat menyebabkan lidocaine toxicity yang mengakibatkan gangguan serius pada jantung dan sistem saraf pusat.
Selain beberapa kondisi di atas, risiko sedot lemak setelah operasi juga dapat berupa kematian jaringan (nekrosis) dan deep vein thrombosis (DVT).