Thinkway Logo
Percayalah, Masih Ada Hal Baik dari Kota Depok (Sumber: Simpok Sehat)

Percayalah, Masih Ada Hal Baik dari Kota Depok

THINKWAY.ID Depok trending lagi, Genks. Selama seminggu terakhir, lini masa sosial media diriuhkan dengan beberapa berita yang mungkin bikin orang mengernyitkan dahi dan tertawa.

Bagaimana tidak, Depok yang kini punya underpass baru di jalan Dewi Sartika, membuatnya punya dua kombo berita hanya dalam seminggu, dan keduanya trending.

Saat diresmikan pada Selasa (17/1), beredar video dari warga yang menghadiri peremian itu dalam keadaan kesulitan melepaskan alas kaki mereka yang menempel pada aspal. Pasalnya, aspal tersebut masih baru dan keburu diinjak. Beredar juga video warga terutama kalangan muda Depok yang kedapatan nongkrong dan memarkir kendaraan roda dua di underpass tersebut pada malam hari.

Underpass tersebut memang instagramable, tapi kalau dilihat, ini tak lepas dari minimnya ruang publik yang ada di Depok. Alun-alun yang terletak di area pemukiman GDC Depok saja kini dibatasi jam kunjungnya.

Timeline Depok

Entah kebetulan atau tidak, tapi hal-hal unik memang muncul dari kota ini. Tak beruntungnya, hal tersebut acapkali jadi bahan lucu-lucuan. Bekasi sering dianggap “berada di luar planet bumi” karena hal-hal absurdnya. Tapi kini, “prestasi” itu dikalahkan Depok lewat beberapa hal.

Warganet banyak merangkum sekian peristiwa dalam timeline Kota Depok, dalam konteks lucu-lucuan. Mulai dari kelahiran Ayu Ting-ting; pembangunan fasilitas roket nuklir yang ternyata tower Masjid Kubah Mas; pemisahan Kota Depok dari Bogor; kolor ijo; babi ngepet edisi 1 dan 2; merajalelanya begal; lampu merah bernyanyi; kemunculan suspect Covid-19 pertama di Indonesia; penimbunan sembako banpres; penutupan akses masuk dari trotoar di sebuah SD; dan prank kembang api di sebuah mall.

Sebelum berita underpass Dewi Sartika, sekian hari sebelumnya Depok kembali viral lewat serial The Last of Us yang menampilkan Christine Hakim sebagai ahli mikrobiologi dari Universitas Indonesia (UI) Depok. Lewat akting ciamiknya, Christine Hakim menampilkan kengerian soal jamur Cordyceps sebagai wabah yang tak ada obatnya. Walaupun imajiner, tapi film ini juga disangkutpautkan dengan Depok sebagai lokasi kampus UI.

Masih Ada Kebaikan di Depok

Walaupun apa yang disebutkan di atas sebenarnya lebih ke lucu-lucuan, tapi kalau diberitakan terus menerus tentu saja sangat mengganggu. Kota Depok jadi terkonotasi dengan hal-hal yang selalu negatif. Kota yang memisahkan diri dari Bogor sejak 1999 ini punya kampus UI, dengan reputasi yang tak usah ditanyakan lagi. Universitas Gunadarma menjadi pesaing terdekat UI, walaupun merupakan kampus swasta. Saking banyaknya mahasiswa yang kuliah di kedua kampus ini, bahkan sampai membuat Depok dikenal juga sebagai kota pelajar seperti kota Jogja.

Soal budaya, Depok sangat kental dengan kultur Betawi, dan masuk zona Betawi Melayu dengan bahasa sehari-hari Betawi Ora. Di beberapa hal, lebih kuat dari Betawi Jakarta. Namun karena Depok masuk wilayah Jawa Barat, banyak pengaruh Sunda yang kemudian mempengaruhi kultur Betawi tersebut.

Depok juga cukup beruntung karena punya hutan kota yang cukup luas, dengan 6 setu atau danau besar sebagai serapan air, membentang antara Kota Depok dan Jakarta Selatan. Kampus UI nyempil di area hutan tersebut. Ini jadi kawasan hutan yang luas, jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia. Foto udara Kota Depok pernah disandingkan dengan foto udara Kota New York dengan hutan kotanya yang sangat terkenal, Central Park.

Tahukah kalau Depok punya Cagar Alam tertua di Indonesia? Benar, Depok punya Taman Hutan Raya (Tahura) di wilayah Pancoran Mas. Tahura yang ditetapkan tahun 1999 ini merupakan bagian dari Ruang Terbuka Hijau (RTH) atau hutan kota milik pemerintah Kota Depok. Sebelum menjadi cagar alam, area hijau itu awalnya adalah bagian dari tanah partikelir milik Cornelis Chastelein, tuan tanah berkebangsaan Belanda seluas 1.240 hektar di selatan Batavia yang dibelinya pada 18 Mei 1696, yang kemudian dinamainya sebagai Depok. Ia mewariskan seluruh lahan di wilayah itu kepada 12 marga budak-budaknya, kecuali sepetak lahan berhutan. Dalam wasiat Chastelein, lahan hutan tersebut tidak boleh dipindahtangankan dan harus dikelola sebagai cagar alam.

Keruwetan Depok memang diakui sebagai pekerjaan rumah untuk pemerintah dan warganya. Tapi hal itu ternyata menjadi berkah tersendiri untuk anak-anak muda yang resah dengan kondisi sekitarnya. Maka tak heran, kini Kota Depok juga dikenal sebagai kota kolektif, wilayah dengan kantong-kantong aktivitas kreatif anak muda dari beberapa skena, mulai dari literasi, musik, seni, dan lain-lain.

Terakhir, jangan lupakan identitas Depok sebagai Kota Belimbing, Kota Petir, dan Kota Layangan.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.