THINKWAY.ID – Berita duka menyelimuti ekosistem pertembakauan nasional. Soeseno, ketua DPN APTI (Dewan Pembina Nasional – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia), tutup usia pada Minggu (4/12) dalam usia 69 tahun.
Pak Seno, panggilan akrab beliau, dikenal sebagai sosok yang vokal menyuarakan soal kesejahteraan petani tembakau, dan para pekerja yang hidup dari ekosistem tembakau. Semasa hidup bahkan jelang meninggal dunia, ia masih aktif berkutat dalam dunia yang ia cintai, dunia pertembakauan.
Pria asal Jember ini masih menjabat sebagai Ketua APTI, bahkan dalam masa bhaktinya yang kedua, setelah kembali terpilih secara aklamasi dalam Rapat Pleno Pemilihan Calon Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional (DPN) saat Musyawarah Nasional (Munas) APTI Nasional ke 4 28-29 September 2021 di Yogyakarta.
Beberapa tantangan yang dihadapi oleh APTI semasa ia menjabat antara lain masalah-masalah pokok yang dihadapi para petani tembakau dalam mengembangkan usahanya, seperti kesulitan petani menghasilkan komoditi tembakau berkualitas, kemarau basah dan hujan di wilayah-wilayah penghasil tembakau, minimnya dukungan infrastruktur dan bantuan teknis, keterbatasan dalam mendapatkan akses permodalan untuk sewa lahan dan pembelian sarana produksi, serta beberapa fase kenaikan tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) oleh pemerintah.
Terkait kenaikan tarif cukai rokok, ia melihat bahwa yang paling dirugikan adalah petani tembakau, karena posisi petani tembakau paling lemah dalam mata rantai industri tembakau. Beliau pun mendorong agar APTI fokus pada pemetaan masalah tersebut.
Memperjuangkan Kesejahteraan Petani
Soesono adalah sosok yang menawarkan jalan tengah pada kondisi terkini pertembakauan nasional lewat APTI. RUU Pertembakauan berusaha ia dukung, dengan syarat aturan tersebut diharapkan bisa melindungi industri tembakau dari serbuan produk impor, melindungi keberlangsungan industri tembakau nasional, sekaligus meningkatkan kesejahteraan para petani tembakau yang berjumlah 2 juta-an jiwa.
Menurutnya, RUU Pertembakauan diharapkan bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan pertanian tembakau seperti peningkatan produktivitas, kualitas tembakau dan tata niaga tembakau, sehingga kesejahteraan petani akan semakin membaik.
Sosok yang dikenal mumpuni dalam bidang pertembakauan ini terus mendorong pengurus APTI untuk mengatasi hal tersebut. Jelang wafat, bolak-balik Jember-Jakarta rela ia lakoni untuk memastikan agar agenda-agenda APTI tetap bisa berjalan. Sehingga tak hanya dikenal sebagai ketua, ia seolah jadi pengayom pada organisasi ini.
Pak Seno mengambil peran yang agak berbeda dari yang orang-orang pikirkan soal dunia pertembakauan. Harus ada yang mengambil peran dalam advokasi, audiensi, dan lobi. Ia mengambil peran tersebut, sehingga urusan petani tembakau juga tetap bisa dikawal pada jajaran atas, alias pengambil kebijakan.
Upaya Pendampingan Petani
Tak hanya fokus pada tembakau, lewat APTI, Pak Seno juga memperjuangkan petani cengkeh sebagai salah satu bagian vital dalam ekosistem pertembakauan nasional. Ia mendorong pemerintah agar melakukan pendampingan teknis pertanian tembakau dan cengkeh, seperti akses permodalan, menyiapkan infrastruktur yang tepat guna agar produktivitas tembakau dan cengkeh optimal dan berkelanjutan.
Ia juga konsisten dan kekeuh pada posisi pemerintah soal FCTC (Framework Convention on Tobacco). Ia terus mendorong pemerintah agar melindungi industri tembakau nasional dari tekanan internasional dan tak menandatangani FCTC karena konvensi tersebut tidak mempertimbangkan aspek kehidupan para pemangku kepentingan industri tembakau.
Menurutnya, jika pemerintah mengaksesi FCTC, maka hal itu berpotensi melanggar hak petani yang dilindungi undang-undang. Ia melihat, tembakau merupakan salah satu komoditas strategis perkebunan yang memiliki peran penting dalam pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014.
Seperti diketahui, Industri hasil tembakau menyerap lebih dari 6 juta tenaga kerja. Angka ini terdiri atas lebih kurang 2 juta petani tembakau, 1,5 juta petani cengkeh, 600 ribu tenaga kerja pabrikan, dan 2 juta pedagang/peretail. Industri hasil tembakau merupakan penyumbang pajak terbesar ketiga bagi Indonesia, setelah PPN dan PPH. Bagi Pak Seno, Angka ini tak cuma sekadar statistik. Bersama APTI, Pak Seno menerjemahkan ini sebagai “modal” untuk memperjuangkan hal-hal terkait pertembakauan.
Diskusi Bersama Generasi Muda
Dikenal sebagai sosok yang senang bercerita, Pak Seno masih bersemangat meluangkan waktu untuk acara kolektif atau kalangan muda terkait pertembakauan. Seperti yang ia lakukan saat datang langsung dari Jember ke Jakarta untuk bercerita soal varietas tembakau di Indonesia, dalam acara Ngobrol Mbako (Ngombak) IV Spesial Ramadhan di Komunitas Ciliwung Depok, pada pertengahan 2021.
Ngombak yang dihadiri oleh kolektif pertembakauan Jakarta dan sekitarnya ini jadi ajang silaturahmi antar kolektif tembakau, tak hanya peniaga, tapi siapapun yang berminat pada diskusi tembakau. Pada acara tersebut, Pak Seno juga bercerita soal kondisi nyata kesejahteraan petani tembakau.
Lewat APTI, Pak Seno juga mendukung beberapa ageda pertembakauan lain yang sifatnya independen, seperti agenda dari Kumpulan Pecinta Tabaccum Nusantara Indonesia (KPTNI). Ini sekaligus membuktikan, bahwa Pak Seno secara pribadi juga menyentuh komunitas pertembakauan akar rumput, karena ini juga ia anggap penting dalam ekosistem pertembakauan secara luas.
Terima kasih Pak Seno. Terima kasih atas sumbangsihnya terhadap ekosistem pertembakaun nasional.