Thinkway Logo

Main Layangan, Cara Petani Tembakau Minta Hujan

Warga Desa Kotanyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo, ramai-ramai lomba bermain layang-layang raksasa. Permainan layang-layang raksasa ini diberi nama Toancak. 

Tradisi ini dilakukan saat musim kemarau untuk meminta hujan dan memanjatkan rasa syukur kepada yang maha kuasa atas panen tembakau yang melimpah tahun ini. Mereka menggelar Toancak ini di tengah ladang tembakau yang baru dipanen.

“Layang-layang Toancak adalah jenis layang-layang yang berukuran besar. Dengan bentangan tongkat penghasil suara atau sawangan yang diletakkan pada bagian atas layang-layang. Saat layang-layang yang diterbangkan, sawangan inilah yang menimbulkan bunyi gemuruh,” ujar Mulyadi, salah satu pemilik layang-layang Toancak di tengah-tengah ladang tembakau desa setempat, Rabu (15/10/2014).

Menurutnya, tradisi yang diawali dengan pelepasan ribuan burung merpati ini, juga bertujuan memanjatkan rasa syukur kepada yang maha kuasa atas panen tembakau yang melimpah tahun ini.

Sedangkan layang-layang Toancak dikhususkan para petani tembakau dan menjadi ajang ketangkasan bermain layang-layang antar sesama petani. Mereka dituntut mampu mengendalikan layang-layang saat diterpa angin kencang.

“Hal ini diumpamakan sebagai pengendalian tanaman tembakau saat terserang cuaca buruk atau hama tanaman,” terang Mulyadi.

Senada disampaikan, Nasrullah (45) salah satu petani yang memiliki layang-layang Toancak. Dia mengaku tradisi ini sebagai rasa syukur atas melimpahnya hasil panen tembakau. “Layang-layang Toancak juga dimaksudkan untuk meminta hujan segera turun demi menyambut masa tanam padi selanjutnya,” ucapnya.

Tidak hanya kemeriahan, lanjut dia, yang dirasakan oleh para petani. Namun ratusan warga kampung sekitar juga terlihat antusias menonton tradisi warga Desa Kotanyar Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo.

“Pemain yang bisa menangkap layangannya ketika ditarik turun diberi hadiah uang sebesar Rp 2,5 juta. Agar tak musnah digerus zaman, tokoh masyarakat Probolinggo mempertahankan tradisi layangan Toancak ini,” tandas Nasrullah.

Sementara permainan layang-layang toancak ini dilengkapi dengan tabuhan kenong telok, musik khas warga Pendalungan yang merupakan belasteran Jawa dan Madura. Dan permainan layang-layang Toancak ini akan berakhir saat matahari mulai terbenam.***

Sumber: Detik

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.