Thinkway Logo

Produksi Tembakau di Jawa Timur Terpengaruh Cuaca

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, produksi tembakau di Jawa Timur selama tahun 2010 – 2016 cenderung mengalami penurunan, sampai dengan tahun 2016 hanya mencapai 42 ribu ton. Kabupaten dengan produksi tembakau terbesar di Jawa Timur pada Tahun 2016 yaitu Kabupaten Probolinggo sebesar 9,65 ribu ton. 

Padahal di tahun-tahun sebelumnya Kabupaten Jember selalu menjadi kabupaten penghasil tembakau terbesar di Jawa Timur, namun untuk tahun 2016 mengalami penurunan yang sangat drastis sekali sehingga membuat produksi keseluruhan Jawa Timur pun mengalami penurunan. Kabupaten penghasil tembakau terbesar berikutnya adalah Kabupaten Bojonegoro sebesar 4,9 ribu ton.

Penurunan produksi tersebut disebabkan oleh dampak La Nina yaitu meningkatnya curah hujan di wilayah Pasifik Ekuatorial Barat, yang mana Indonesia masuk di dalamnya. La nina membuat cuaca cenderung hangat dan lebih lembab. Fenomena La Nina yang meningkatkan curah hujan, membuat cuaca pada musim kemarau Indonesia menjadi lebih basah, dampaknya bagi petani, negative dan positif, negatifnya adalah banjir yang mengancam persawahan dan kebun. 

Sedangkan tanaman tembakau pada umumnya tidak menghendaki iklim yang kering ataupun iklim yang sangat basah. Angin kencang yang sering melanda lokasi tanaman tembakau dapat merusak tanaman (tanaman roboh) dan juga berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya tanah yang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen di dalam tanah.

Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang baik sehingga produktivitasnya rendah. Tembakau sangat senstif terhadap cara budidaya, lokasi tanam, musim/cuaca, dan cara pasca panen. 

Sekitar 97% produksi tembakau digunakan untuk industri rokok dan sangat sedikit yang digunakan untuk kebutuhan lain. Meskipun pada saat ini sudah dikeluarkan kampanye anti rokok seperti yang tertuang dalam PP No. 81/ 1999 tentang pengaruh rokok bagi kesehatan, PP No.38 / 2000 yang merupakan penyempurnaan dari PP No. 81/ 1999, serta PP No. 19 / 2003 tentang pembatasan kadar nikotin dalam rokok. 

Namun bagi petani tembakau keadaan ini tidak menyurutkan mereka untuk tetap menanam tembakau, bahkan dari tahun ke tahun ada kecenderungan terjadi peningkatan luas areal tanam. Ini terjadi karena menurut persepsi para petani menanam komoditas tembakau lebih menguntungkan dibandingkan dengan menanam komoditas lain.***

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.