THINKWAY.ID – Jelang akhir tahun ini, beberapa daerah di Indonesia mendapatkan ujian bencana alam dalam waktu yang hampir berdekatan. Diawali dari gempa bumi Cianjur pada Senin (21/11) dengan magnitudo 5,6 SR, disusul dengan gempa Garut pada Sabtu (3/12) 6,4 SR, dan erupsi awan panas guguran (APG) gunung Semeru pada Minggu (4/12), dengan Lumajang sebagai daerah terdampak.
Indonesia masuk dalam kategori negara rawan bencana. Pertama, wilayah negeri kita dilalui oleh Sirkum Pasifik (Cincin Api Pasifik). Dilansir dari kompas.com, Sirkum Pasifik adalah sabuk seismik tempat bertemunya banyak lempeng tektonik. Sirkum pasifik membentuk sekira 75 persen gunung-gunung berapi di dunia.
Dari total 452 gunung berapi yang terdapat di Sirkum Pasifik, sekitar 127-nya berada di wilayah Indonesia. National Geographic mengungkap, 90 persen gempa bumi di dunia berasal dari Sirkum Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia rentan akan bencana gempa bumi, gunung berapi, serta bencana alam lain akibat aktivitas vulkanis.
Kedua, wilayah Indonesia dilewati sabuk Alpide, yakni sabuk seismik yang terbentuk dari bertemunya lempeng-lempeng Eurasia, Lempeng India, dan Lempeng Australia. Ini membuat sabuk Alpide menjadi wilayah kedua paling rawan gempa bumi di dunia.
Sabuk Alpide membentang melewati kawasan Mediterania ke arah timur melalui Asia, melewati Sumatera, Jawa, dan bertemu dengan Sirkum Pasifik. Ini membuat wilayah Indonesia dilewati dua sabuk seismik yaitu Sirkum Pasifik dan Sabuk Alpide. Sehingga, rawan gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan erupsi gunung berapi (Encyclopedia Britannica).
Ketiga, Indonesia menempati wilayah tropis alias garis khatulistiwa. Negara tropis rentan terkena badai, topan, dan siklon tropis yang kerap terjadi di wilayah khatulistiwa khususnya yang dekat dengan Samudra Pasifik. Curah hujan tinggi juga membuat Indonesia rentan terkena banjir dan longsor.
Mitigasi Bencana
Mitigasi adalah hal mutlak yang harus dilakukan. Mitigasi bencana adalah upaya-upaya yang bertujuan untuk mengenali risiko, penyadaran risiko bencana, perencanaan penanggulangan, pembangunan fisik, dan penyadaran serta peningkatan kemampuan individu atau kolektif dalam menghadapi ancaman bencana.
Dalam konteks kewenangan, mitigasi bencana dilakukan oleh BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) dengan menggandengn unsur-unsur lokal.
Sementara itu, penyadaran serta peningkatan kemampuan dalam merespon potensi ancaman bencana juga harus dilakukan oleh masyarakat. Salah satu hal sederhana yang bisa dilakukan adalah persiapan dalam konteks individu.
Setiap orang yang hidup dalam wilayah rawan bencana bisa memulainya dari hal sederhana, mulai dari sadar kawasan, paham titik kumpul dan jalur evakuasi, serta menyiapkan kelengkapan pribadi yang vital, yang umumnya disebut dengan tas siaga bencana.
Sederhananya, tas siaga bencana adalah tas (ransel) yang digunakan oleh seseorang untuk pergi mengungsi atau meninggalkan rumah ketika bencana terjadi, sebagai persiapan untuk kondisi terburuk untuk bertahan setidaknya dalam kurun waktu selama 72 jam (3 hari pertama) yang diperlukan dalam keadaan darurat. Material tas direkomendasikan berbahan kedap air atau waterproof.
Tas siaga bencana perlu disiapkan agar seseorang bisa bertahan hidup saat bantuan belum datang dan bisa memudahkan ketika evakuasi menuju tempat aman. Dengan tas siaga bencana, seseorang diharapkan bisa memiliki bekal untuk bertahan hidup sampai bantuan atau tempat aman ditemukan.
Tas siaga bencana umumnya terdiri dari item-item penting yang harus disiapkan, dibawa, dan masuk dalam ransel khusus. Benda-benda yang dimaksud antara lain:
- Surat-surat penting, meliputi surat tanah, surat kendaraan, ijazah, akta kelahiran, kartu keluarga (KK), kartu tanda penduduk (KTP), paspor, surat izin mengemudi (SIM), polis asuransi, buku tabungan, serta sertifikat berharga lainnya.
- Pakaian ganti minimal 3 hari.
- Air minum dalam wadah khusus, karena manusia hanya bisa bertahan hidup 3 hari tanpa air minum, sehingga item ini wajib masuk dalam daftar.
- Makanan tahan lama siap saji, khususnya makanan instan berkalori tinggi, seperti biskuit, oat, abon, cokelat, mie instan, dan lain sebagainya.
- Obat-obatan pribadi dan seperangkat kelengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K).
- Alat komunikasi seperti ponsel atau radio komunikasi, powerbank, dan baterai cadangan.
- Alat bantu penerangan seperti senter, lampu kepala berikut baterai cadangan, korek, dan lilin.
- Masker, untuk menyaring udara kotor dan tercemar, misalnya saat bencana gunung meletus. Masker bisa dipadukan dengan kacamata google.
- Perlengkapan mandi, kebersihan diri, dan sanitasi, berfungsi untuk mencegah penyakit.
- Survival kit, berupa wadah compact seukuran lunch box, berisi item lain-lain yang tak kalah penting, seperti seperti peluit, uang tunai, alat tulis, foto anggota keluarga, jas hujan, pisau lipat atau multitools, tali nilon, dan peta.
Masing-masing dari item tersebut sebaiknya dimasukkan dalam wadah plastik kedap air, sehingga dalam kondisi darurat, diharapkan tetap dalam kondisi aman.