THINKWAY.ID – Google doodle hari ini, Senin (12/12) menampilkan salah satu olahragawan legendaris Indonesia, Donald Pandiangan. Melalui cabang olahraga panahan, ia adalah pemegang gelar juara SEA Games sebanyak 4 kali.
Tak hanya itu, karier moncernya juga merambah dunia kepelatihan. Ia berperan mempersembahkan medali pertama untuk Indonesia pada Olimipade Seoul 1988 saat melatih trio Srikandi Indonesia, Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani.
Bernama lengkap Donald Djatunas Pandiangan, pria ini lahir di Sidikalang, Sumatra Utara, pada 12 Desember 1945. Ia adalah anak kesepuluh dari sebelas bersaudara.
Lulus SMP, pria berdarah Batak ini pergi ke Jakarta dan melanjutkan ke SMA Taman Madya. Tak mampu kuliah karena alasan finansial, ia memilih bekerja di Perum Angkasa Pura. Tahun 1971, melalui klub karyawan Panahpura, ia mulai mengenal panahan.
Donald terbilang terlambat merintis karier sebagai atlet, dimulai saat usia 25 tahun. Anggapan ini ia tebus dengan prestasi mentereng. Donald sukses menyabet medali emas pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 1973 di Surabaya.
Ia mengulang prestasi serupa pada PON 1977 di Jakarta, sekaligus memecahkan rekor atas nama pelatihnya, Suhartomo pada PON edisi ini. Ia bahkan sukses memecahkan rekor dunia pada nomor recurve 70 meter. Di tahun yang sama, Donald mempersembahkan medali emas pada SEA Games 1977.
Tradisi ini dilanjutkannya hingga 1987, pada kejuaraan panahan Negara Bagian New York, kejuaraan panahan Singapore Air Force Sport Association Singapura, dan kejuaraan Panahan Asia Pertama di Calcutta India tahun 1980. Ia tak cuma gacor dalam nomor individu, tapi juga dalam nomor tim.
Semasa hidup, Donald sejatinya masih punya ambisi berburu medali emas pada Olimpiade Moskow 1980, tapi gagal berangkat ke Uni Soviet (Rusia) karena Indonesia menjadi salah satu negara yang memboikot negeri Beruang Merah lantaran karena melakukan invasi ke Afghanistan. Donald sempat marah besar dan kecewa karena mengalami kenyataan bahwa olahraga dicampur aduk dengan politik.
Donald Pandiangan dan Julukan Robin Hood
Saking jagonya, Donald bahkan sampai dijuluki sebagai Robin Hood Indonesia. Bak dalam film, pada suatu laga panahan, dia mampu menancapkan anak panah di ekor anak panah lainnya. Selain itu, julukan ini tak lepas dari karakter Donald yang dikenal pekerja keras, tak mudah putus asa, disiplin, agak sentimentil, dan punya tekad kuat baik sebagai atlet atau pelatih.
Ia memutuskan gantung busur setelah berpartisipasi dalam PON 1987 sebagai PON terakhir yang ia ikuti. Setahun setelahnya, ia diminta untuk melatih tim panahan putri untuk gelaran Olimpiade Seoul 1988, dan sukses melambungkan atlet panahan putri Indonesia, 3 Srikandi dengan raihan medali perak. Ini menjadi sejarah, karena merupakan medali pertama bagi Indonesia sepanjang sejarah partisipasi dalam Olimpiade.
Selepas Olimpiade, Donald memilih tak terlalu aktif lagi di dunia panahan. Meski begitu, ia masih meluangkan waktu untuk mengikuti pertandingan panahan untuk bersenang-senang.
Donald tutup usia pada 20 Agustus 2008 dalam usia 63 tahun karena stroke, setelah sebelumnya tiba-tiba terjatuh dalam sebuah pertandingan panahan. Ia seolah ditakdirkan untuk tak jauh-jauh dari dunia yang sangat ia cintai ini.
Diangkat dalam Film
Tahun 2016, film berjudul 3 Srikandi diangkat ke layar lebar. Disutradarai oleh Iman Brotoseno, film biopik ini tak cuma mengangkat perjalanan atlet putri panahan Indonesia, tapi juga menyorot kiprah Donald Pandiangan (Reza Rahadian) sebagai pelatih dalam Olimpiade Seoul 1988.
Tercatat tiga artis kenamaan yang memerankan 3 Srikandi, yakni , Bunga Citra Lestari sebagai Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani diperankan oleh Chelsea Islan, dan Tara Basro kebagian peran Kusuma Wardhani.
Kala itu, cabang panahan di Indonesia sedang berada di titik kritis karena persiapan yang serba mepet. Dibutuhkan pelatih yang bisa menyiapkan tim panahan wanita dalam waktu singkat. Pilihan jatuh pada Donald Pandiangan dengan segala idelismenya soal panahan, walaupun sempat terkendala lobi.
Rupanya, Donald saat itu sedang menyepi dari dunia olahraga khususnya panahan, karena masih terpukul akibat pemerintah membatalkan partisipasi Indonesia karena perkara politis. Pilihan negara pada Donald terbukti tepat, karena ia berhasil mempersembahkan medali perak pada Olimpiade Seoul 1988.