THINKWAY.ID – Belum juga menginjakkan kaki di Jepang, Nama Pratama Arhan sudah dielu-elukan oleh fans Tokyo Verdy. Ai wa itsumo rarabai, Puratama Arhan Ayo! Lalalalala, Puratama Arhan! Dengan nada lagu Kokoro no Tomo milik Mayumi Itsuwa nama remaja asal Blora itu digaungkan. Dari sebuah daerah gersang di Jawa Tengah, kini dirinya menuju kota tercantik di dunia.
Jika menyebut Blora, beberapa orang pasti teringat dengan sosok penulis dahsyat Bernama Pramudya Ananta Toer. 6 Februari 1925 dia lahir di sebuah dusun yang sederhana. Di Blora, Pram tumbuh menjadi manusia yang hebat dengan karya-karyanya yang dahsyat dan mendunia. Barangkali, Pram menjadi orang Blora pertama yang dikenal oleh publik dunia.
Di Blora, 76 tahun kemudian, lahir seorang bayi lucu laki-laki yang menggemaskan. 21 Desember 2001, orangtuanya bersyukur tak henti-henti dan memanjatkan doa serta harapan kepada bayi tersebut. Bayi itu kemudian tumbuh menjadi remaja yang diidolakan banyak orang. Usianya memang belum melewati 21 tahun, tetapi apa yang dilakukannya telah melampaui banyak manusia yang gagal di usia 30-an.
Pram, dan mungkin orang-orang di kampungnya mungkin tak akan menyangka bahwa ada pemuda asal Blora lainnya yang mendunia. Jika kertas kosong adalah tempat dimana Pram menorehkan tulisan yang menghentak dan membuat dunia berdecak kagum, Pratama Arhan menorehkannya di rumput hijau tanah lapang.
Masyarakat Indonesia nyaris tak ada yang mengenal Pratama Arhan sebelum bersinar di Piala AFF 2021. Hanya fans setia PSIS Semarang yang mengenal betul dan menumpukan harapan pada kaki dan kemampuanya agar membawa Laskar Mahesa Jenar bersinar. Lalu datanglah pria paruh baya dari Yeongdeok Korea Selatan, membawa cahaya dan asa padanya. Tak lama kemudian, Boom! Gawang Timnas Malaysia yang kerap kita benci itu bobol olehnya!
Di rumput hijau tanah lapang, Pratama Arhan, layaknya remaja lainnya memberontak dan kesal jika diusik ruangnya. Tak ragu ia melakukan tekel dan pelanggaran keras yang berbuah kartu. Namun, saat ia berlari baik itu mengejar dan membawa bola, seperti irama klasik The Nutcracker Suite, Op. 71a, TH 35: VIII. Waltz of the Flowers. Syahdu, indah, dan begitu puitik. Sayangnya, hanya medali perak yang melingkar di lehernya, tetapi gelar Pemain muda terbaik Piala AFF 2021 sepertinya mampu sedikit meredam tangisnya.
Shin Tae Young dan PSIS membawa Pratama Arhan ke level selanjutnya, akan tetapi ada peran pria besar asal Krosia Bernama Dusan Bogdanovic dengan kemampuan hebat negosiasinya yang membukakan cakrawala dunia kepada Pratama Arhan. Alhasil, klub sepak bola legendaris asal Jepang Bernama Tokyo Verdy berhasil mendapatkan tanda tangan seorang Pratama Arhan. Klub dengan warna kebesaran Hijau itu memang bertarung di kasta kedua kompetisi sepak bola Jepang, tapi publik Indonesia percaya bahwa itu adalah rumah yang tepat bagi Pratama Arhan untuk bermain dan berkembang.
Indonesia pernah punya bek sayap yang berkualitas sejak era dahulu kala. Nama seperti Aji Santoso, Ortizan Salosa, dan Muhammad Nasuha masih kuat dalam ingatan pecinta sepak bola Indonesia. Kini, ada duan ama yang membuat mereka kembali optimistis, yaitu Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan. Keduanya memberikan secercah harapan bahwa Timnas Indonesia mampu memainkan sepak bola modern dengan tugas dan kemampuan bek sayap yang semakin canggih. Dengan Hasrat overproud yang tinggi barangkali kita sudah menyandingkan keduanya seperti Trent Alexander-Arnold dan Andrew Robertson, duo bek sayap hebat dari dataran Britania.
Kini yang harus dilakukan publik Indonesia adalah percaya pada Pratama Arhan itu sendiri. Untuk remaja seusianya sepertinya hingar bingar layar kaca dan sosial media sudah seharusnya tidak didekatkan padanya. Pratama Arhan hanya perlu bermain bola, menikmati Jepang dan belajar dari negeri yang sepakbolanya bangkit setelah Tragedi Doha. Pratama Arhan, bermain bola dari kampung yang gersang di sudut Blora, kini akan melihai dengan lincah di salah satu stadion terbaik di dunia.
1 Comment