THINKWAY.ID – Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Magelang, Romza Ernawan, memperkirakan antusiasme petani untuk menanam tembakau akan tetap tinggi. “Cuaca yang mendukung dan harga hasil panen tahun lalu yang cukup baik menjadi faktor pendorong,” ujarnya, dikutip dari Kantor Berita RMOlJateng, Minggu (12/5).
Prediksi ini juga didukung oleh Sholeh, seorang petani tembakau di Windusari, Magelang. Ia mengatakan bahwa berbagai persiapan telah dilakukan, mulai dari menyemai bibit hingga mengolah lahan. Selain itu, kebutuhan pendukung lainnya juga sudah disiapkan.
Menurut Sholeh, para petani di beberapa desa seperti Dampit, Petung, Wonoroto, Kalijoso, Gunungsari, Girimulyo, dan Genito, terutama di lereng timur Gunung Sumbing, sudah siap menanam tembakau.
Romza belum bisa memastikan luas lahan yang akan dijadikan perkebunan tembakau tahun ini. Jenis tembakau yang ditanam meliputi tembakau Temanggungan yang cocok untuk dataran tinggi dan tembakau Muntilanan yang lebih cocok untuk dataran rendah atau lahan sawah/tegal.
Masa tanam tembakau di lereng sumbing dan dataran tinggi dimulai lebih awal karena umur tembakau yang lebih panjang, sedangkan di dataran rendah umurnya lebih pendek sehingga masa tanamnya sedikit mundur. “Namun, waktu panen kemungkinan akan berbarengan pada bulan Agustus hingga September,” kata Sistiyana, staf Bidang Perkebunan Dinas Pertanian dan Pangan.
Sistiyana menambahkan bahwa bagi petani yang bekerja sama dengan grader (penentu mutu tembakau dari pabrik rokok), tidak akan menghadapi masalah. “Karena hasil panen pasti akan terserap dengan harga yang memadai, berkat pendampingan dari grader sejak masa tanam hingga panen,” jelasnya.
Hasil panen tembakau tahun lalu berada di kisaran Rp55.000 hingga Rp80.000 per kilogram, dengan harga di gudang grader berlaku untuk tembakau kualitas grade C dan D. Kondisi ini berbeda dengan petani mandiri yang tidak bekerja sama dengan grader.