THINKWAY.ID – Ramadan tiba. Selain televisi yang penuh sesak dengan iklan sirup, tradisi lain yang mengiringi datangnya ramadan di Indonesia adalah ngabuburit. Apa itu ngabuburit? Bagaimana sejarah kemunculannya? Apakah tradisi ngabuburit juga ada di negara selain Indonesia? Cari tahu yuk, Genks!
Pertama, kita luruskan dulu soal sirup. Kenapa kemunculan Marjan di televisi jadi semacam tradisi Ramadan, ya karena memang iklannya masif di momen menjelang bulan puasa. Bertahun-tahun seperti itu. Gak heran kalau masyarakat lama-lama menganggap iklan sirup (terutama Marjan) adalah ‘lonceng’ dimulainya bulan puasa.
Nah, kembali ke laptop. Pengertian sederhana ngabuburit adalah aktivitas menanti waktu berbuka puasa. Sudah, itu saja. Tidak ada pengertian lain. Masyarakat umum sepakat itulah definisi ngabuburit.
Lalu, aktivitas apa saja yang dilakukan saat menanti waktu berbuka? Ya banyak. Ada yang keliling cari takjil. Ada yang main Play Station. Ada yang nongkrong sambil ngobrol. Ada yang gitaran sambil menyanyi. Ada yang motor-motoran sampe magrib. Macem-macem deh. Intinya, mengisi jeda waktu sebelum adzan magrib berkumandang.
Dikutip dari berbagai sumber, diksi ngabuburit sendiri sebenarnya serapan dari bahasa Sunda, Genks. Menurut Kamus Bahasa Sunda versi Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit termasuk ke dalam lakuran, alias gabungan beberapa kata menjadi satu. Dalam bahasa Sunda dikenal kalimat ngalantung ngadagoan burit, artinya bersantai menunggu sore. Jadi, ngabuburit sebenarnya berasal dari kata “burit” yang artinya sore.
“Ngabuburit yuk nyari takjil,”
“Nongkrong fly over yuk, ngabuburit,”
“Kuy lah muter-muter, sambil ngabuburit,”
Semuanya hanya bisa diucapkan saat sore hari. Karena memang itu definisinya. Itu pula yang menyebabkan ngabuburit dipakai sebagai istilah menjelang buka puasa, ya karena sore itu waktunya berbuka, bukan sahur. Jadi, kalau ada teman kalian yang ngajak ngabuburit tengah malam itu sudah ngawur lahir batin. Kasih link artikel ini. Suruh dia baca.
Terus, bagaimana sejarah kemunculannya? Kalau kemunculan istilahnya ya sudah dari dulu dipakai oleh masyarakat Sunda, mengingat itu adalah bahasa sehari-hari mereka. Bahkan, masyarakat asli Sunda awalnya menggunakan istilah ngabuburit bukan hanya di bulan Ramadhan. Ya, kalau sedang bersantai sore hari menjelang adzan magrib itu mereka sedang ngabuburit namanya.
Lalu istilah itu menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Seiring dengan perkembangan jaman dan teknologi, semakin populer pula istilah ngabuburit. Jadilah masyarakat umum (non-Sunda) juga ikut paham dan memakainya.
Tradisi ngabuburit mula-mula diisi dengan kegiatan rohani islam, seperti pesantren kilat dan mengaji. Kemudian berkembang dengan berbagai variasi seperti pasar Ramadhan, wisata kuliner (takjil), dan berbagai kegiatan lain seperti kumpul dan berkeliling. Demikianlah perjalanan sejarah tradisi ngabuburit hingga seperti yang dipahami masyarakat hari ini.
Pengertian, sudah. Sejarah, sudah. Pertanyaan selanjutnya: di negara lain, tradisi ngabuburit ada juga gak sih?
Jawabannya jelas tidak ada ya, Genks! Ya, kan bahasa Sunda cuma ada di Indonesia. Jadi, dipakai di Indonesia, dong. Semacam kearifan lokal bangsa kita.
Kalau kelak kalian berkesempatan hidup di luar negeri, di Rusia, misalnya, kalian gak akan temuin istilah ngabuburit. Kalau mau jajan blewah buat buka puasa, ya silakan cari. Atau mau nongkrong di fly over Moscow, ya silakan nongkrong. Mau motor-motoran keliling Kremlin juga silakan saja. Mungkin masyarakat di Rusia juga punya tradisi menunggu adzan magrib. Yang jelas istilahnya bukan ngabuburit ya, Genks. Gak tau apa. Uraaa, kali.
Ngabuburit is our legacy!
1 Comment