Thinkway Logo
Pertanian Tembakau, Ruang Aman bagi Para Penyintas Kekerasan Gender (Foto Philimon Bulawayo/REUTERS)

Pertanian Tembakau, Ruang Aman bagi Para Penyintas Kekerasan Gender

THINKWAY.ID – Saat matahari pagi yang terik menerpa kulit mereka, enam orang wanita muda Zimbabwe menumpuk daun tembakau hijau sementara yang lain, sembari meletakkan bayi mereka di punggung, memuat hasil panen ke traktor. Pertanian tembakau, yang dikenal sebagai sektor yang didominasi laki-laki, ternyata memberikan kesempatan dan menjadi ruang aman bagi para penyintas kekerasan gender.

Seperti yang dialami Michelle Gwatimba (36), yang menjalankan pertanian kecil yang berlokasi 200 km utara ibu kota Zimbabwe, Harare. Baginya, pertanian tembakau tidak hanya membuka jalan bagi perempuan tetapi juga menyediakan mata pencaharian bagi mereka yang selamat dari kekerasan.

“Kami menyadari di pemukiman sekitar pertanian, di mana kami mendapatkan sebagian besar staf kami, ada banyak kekerasan berbasis gender,” kata Gwatimba, yang pertanian Tzoro Greenfields-nya menyediakan lapangan kerja bagi lebih dari 80 keluarga, kebanyakan dipimpin oleh perempuan.

Gwatimba, yang bertani setelah meninggalkan pekerjaan pemerintah di Harare sebagai teknisi IT pada 2019, mengatakan kepada Reuters bahwa dia merasa menjadi salah satu dari sedikit wanita di industri tembakau yang “mengintimidasi… tetapi sangat bermanfaat”.

Lebih dari dua dekade sejak kekacauan program reformasi tanah yang merampas ribuan petani komersial kulit putih, Zimbabwe menyaksikan gelombang baru petani muda kulit hitam yang bertani tembakau, yang kini menjadi salah satu tumpuan pertanian dengan hasil panen terbesarnya. Komoditas tembakaun menyumbang sekitar 12% dari total ekspor negara Afrika Selatan (data per Januari 2023)

Sebagian besar petani tembakau dikontrak oleh perusahaan swasta untuk memproduksi tanaman dan menerima bibit, pupuk dan bahan kimia, untuk membantu meningkatkan produksi. Gwatimba, yang kehilangan 30% panen tembakaunya akibat hujan es dalam beberapa pekan terakhir, mengatakan dia bertekad untuk menyukseskan pertanian tembakau komersial.

Setelah mulai bertani di lahan mendiang ayahnya seluas 148 hektar di Mashonaland Central – salah satu daerah paling subur di Zimbabwe -Gwatimba juga berkelana untuk membudidayakan kacang kedelai dan beternak. Petani lainnya, Chisauke Isaac (39) berterima kasih kepada pertanian Gwatimba karena telah memberinya pekerjaan untuk menghidupi ketiga anaknya.

(Disadur dari Reuters)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.