Thinkway Logo
Perayaan Halloween, Labu, dan Tragedi Itaewon (Sumber Unsplash)

Perayaan Halloween, Labu, dan Tragedi Itaewon

THINKWAY.ID – Berita menggemparkan terjadi di Korea Selatan pada malam Halloween, Sabtu (29/10) malam. Setidaknya 154 orang meninggal dunia, dalam insiden parah di negara itu sejak terjadinya tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol pada 2014, yang menewaskan lebih dari 300 orang.

Diperkirakan, lebih dari 100 ribu orang meramaikan Itaewon, salah satu distrik paling populer di Korea Selatan, yang menandai Halloween pertama sejak pandemi Covid-19 ditetapkan. Ini juga merupakan acara publik yang menormalisasi lepas masker. Membludaknya partisipan membuat sebuah gang miring selebar lebih kurang meter dijejali oleh manusia, sehingga berdesaknya pengunjung menjadi tak terelakkan.

Korban yang mayoritas berusia remaja dan dewasa muda tersebut berjatuhan. Kebanyakan karena terinjak-injak, kurang oksigen, dan gagal jantung. Pengunjung memang terkonsentrasi di Itaewon, karena reputasi tempat tersebut sebagai “melting pot”, tempat berkumpulnya para turis di Korea Selatan.

Halloween secara global sebenarnya dirayakan tiap 31 Oktober, tapi tradisi yang berkembang di Korea Selatan agak berbeda. Warga Korea Selatan banyak yang merayakannya sejak dua hari sebelumnya, yang membuat waktu perayaan Halloween makin panjang.

Asal Mula Perayaan Halloween

Dilansir dari www.history.com, perayaan Halloween diinisiasi oleh bangsa Celtic, sekelompok sosial masyarakat yang mendiami Eropa sejak 2000 tahun lalu. Uniknya, pada masa itu bangsa Celtic merayakan tahun baru saban 1 November. Ini merupakan waktu yang menandai akhir musim panas dan awal musim dingin.

Eropa dengan ciri utama 4 musimnya, punya karakter pergantian musim panas ke dingin dengan cukup ekstrem, gelap dan dingin. Kearifan lokal setempat mengaitkannya dengan kematian manusia. Bangsa Celtic percaya, batas dunia yang mati dan yang hidup menjadi bias. Setiap 31 Oktober, mereka merayakan Samhain, peringatan hantu orang mati kembali ke dunia.

Kostum-kostum pun dikenakan. Umumnya terbuat dari kulit dan kepala binatang. Mereka percaya, ini mampu mengusir hantu. Ritual tambahan lain adalah saling menceritakan nasib satu sama lain. Saat perayaan berakhir, mereka tandai dengan penyalaan api, yang dianggap suci sekaligus simbol perlindungan selama musim dingin yang akan mereka lalui.

Alasan Halloween Identik dengan Labu

Amerika Serikat (AS) punya peran menggeser makna mistis Halloween. Tahun 1950-an, pemerintah AS mengimbau warganya agar merayakan Halloween dengan aman bersama keluarga. Pesta kostum dalam berbagai genre menjadi populer, berikut tradisi Trick or Treat-nya. Perlahan tradisi ini menjadi budaya popuper dan diadopsi di banyak belahan dunia lain.

Lalu mengapa labu sangat identik dengan Halloween? Britannica mencatat, ini berawal dari urban legend Irlandia, tentang seseorang bernama Jack yang pelit, berjuluk Stingy Jack. Ia berniat menipu iblis demi keuntungan pribadi. Karena alasan ini, Tuhan murka dan menolak Jack masuk surga. Iblis pun demikian, tak sudi membiarkan Jack masuk neraka.

Jack menerima kesialan tinggal di bumi, gentayangan selamanya. Awalnya, warga Irlandia mengukir lobak dengan wajah menyerupai iblis, untuk menakuti jiwa Jack yang masih berkeliaran, agar tak mengganggu mereka. Dekorasi labu berwajah seram ini populer dengan panggilan Jack O’Lantern

Saat imigran-imigran Irlandia berbondong-bondong pindah ke AS, mereka kesulitan menemukan lobak. Akhirnya labu ditemukan sebagai pengganti lobak, kebetulan buah ini jamak ditanam dan dikonsumsi di negara Paman Sam tesebut. Tekstur labu juga lebih gampang untuk diukir. Lambat laun disadari bahwa labu Jack O’Lantern cocok sebagai pajangan, sehingga ditambahkan penerangan di dalam labu tersebut.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.