Thinkway Logo
5 Rempah yang Umum Digunakan Sebagai Bumbu Kretek (Sumber NG PUTU WAHYU RAMA / RM)

5 Rempah yang Umum Digunakan Sebagai Bumbu Kretek

THINKWAY.ID – Kretek sangat populer di Indonesia, apalagi di kalangan perokok. Sebuah benda berukuran rata-rata satu kelingking orang dewasa, dikonsumsi dengan cara dibakar lalu asapnya dihisap, yang komposisinya terdiri dari kertas rokok, satu atau beberapa jenis tembakau yang di-blend, cengkeh, serta satu atau beberapa bumbu rokok lain yang umumnya terdiri dari rempah-rempah, biasa disebut saus rokok. Dapat dikatakan bahwa syarat sebuah rokok dikategorikan sebagai kretek, wajib terdiri dari minimal dua bahan: tembakau dan cengkeh.

Sejarah panjang mengiringi perjalanan Kretek di Indonesia. Asal katanya juga unik. Istilah “Kretek” muncul dari bebunyian rokok berjenis kretek saat dibakar: “keretek-keretek”, berasal dari reaksi suara pembakaran tembakau dan cengkeh. Istilah kretek ini asli dari Indonesia, tidak mengadopsi atau menyerap bahasa lain.

Kebiasaan menghisap tembakau sudah dapat ditemukan di Jawa sejak abad ke-17. Umumnya untuk kepentingan sendiri. Lahirlah istilah tingwe, dari bahasa Jawa: linting dewe, artinya melinting sendiri. Tembakau yang sudah dirajang (diiris tipis panjang), dijemur, lalu dibungkus menggunakan tembakau lembaran, kulit jagung kering (klobot), daun lontar kering, kawung, atau daun lainnya.

Adalah Haji Djamhari dari kota Kudus yang kali pertama dipercaya sebagai penemu kretek. Sekira akhir abad ke-19 (1870-1880), beliau menderita asma, dan sering mengoleskan minyak cengkeh ke dadanya agar pernapasan melega. Karena ia kebetulan juga seorang pelaku tingwe, ia iseng-iseng menambahkan cengkeh kering ke dalam lintingan tembakau miliknya. Konon setelah mengisap komposisi lintingan tembakau dan cengkeh itu, penyakit asma yang dideritanya mereda.

Orang-orang lalu mulai mengikuti jejaknya. Kini kita mengenal sosok Nitisemito yang juga asal Kudus, sebagai orang Indonesia pertama yang mengelola kretek secara profesional, dengan merk Tjap Bal Tiga. Pada masa jayanya (1922-1940), pabriknya disebut-sebut sudah mempekerjakan 10 ribu buruh pabrik, dengan skala produksi 8 juta batang kretek setiap hari. Ratu Belanda Wilhelmina bahkan memberi julukan Nitisemito sebagai “De Kretek Konning” yang berarti Raja Kretek.

Kretek sebagai warisan budaya ini jadi unik bukan cuma karena sejarahnya yang panjang dan pola perilaku para penghisapnya yang menjadikan kretek sebagai kawan dalam beraktivitas, tapi juga karena komposisinya yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan rokok-rokok yang dihasilkan dari pabrikan luar negeri. Dalam sebatang kretek, tembakau dipadukan dengan rempah-rempah tertentu (saus) dalam takaran khas sesuai ciri khas sebuah merk tertentu. Takaran ini akan bersenyawa dengan tembakau dan punya karakter masing-masing saat dibakar dan diisap. Hal ini berlaku juga untuk bumbu rokok tradisional yang ditabur manual dalam tingwe, dengan istilah wur.

Berikut 5 rempah-rempah pendamping tembakau dalam sebatang kretek:

Cengkeh

Cengkeh (Syzygium aromaticum) adalah rempah utama dalam sebatang kretek. Dalam pemanfaatannya untuk kretek, cengkeh biasanya dikeringkan dahulu dalam kadar tertentu, kemudian dirajang. Batang bunga cengkeh kadang juga dimanfaatkan sebagai campuran, karena faktor aromanya. Cengkeh umumnya menghasilkan sensasi gurih, mampu menambah aksen harum, dan bisa menjinakkan tembakau dengan karakter kering dan keras. Cengkeh juga rempah yang paling umum dimanfaatkan dalam kebiasaan tingwe. Rempah asli Indonesia ini beraksen pahit cenderung pedas, namun aromanya manis dan cukup kuat. Cengkeh mengandung kalori, karbohidrat, dan serat. Selain itu, komponen senyawa biokatif pada cengkeh berpotensi menjadi antioksidan, dan menghambat radikal bebas.

Kelembak

Kelembak (Rheum officinale) merupakan tanaman berjenis sayuran, yang bisa dimanfaatkan untuk campuran tembakau. Biasanya, aroma adalah faktor yang dikejar dalam tumbuhan asli Tiongkok ini. Bagian yang dimaksud adalah akar, yang dikeringkan dengan cara dijemur. Umumnya, kelembak dipadukan dengan kemenyan. Kedua rempah ini populer di Jawa Tengah dan Yogyakarta sebagai bumbu rokok tingwe. Rokok kelembak-menyan biasa dikonsumi oleh warga di lereng-lereng gunung di Jawa Tengah, dan hingga sekarang masih banyak ditemui di lokasi-lokasi tersebut. Kelembak juga dimanfaatkan sebagai bahan baku jamu tradisional, yang dipercaya bermanfaat meredakan pencernaan, sembelit, luka luar bernanah, dan hepatitis B. Selain itu, kelembak juga dipercaya mampu mencegah Alzheimer’s, menguatkan tulang, menurunkan berat badan, menjaga kesehatan jantung, dan melawan kanker.

Kemenyan

Kemenyan adalah pohon asli Indonesia, tersebar alami di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Pohon dari famili Styracaceae genus Syraz ini, menghasilkan resin (getah) yang tak hanya dimanfaatkan untuk bumbu rokok, namun juga untuk kebutuhan mistik, ibadah, medis, hingga kosmetik. Kemenyan lebih umum dimanfaatkan dalam tingwe, karena jika dipadukan dengan kelembak, akan menghasilkan aroma khas cederung kuat. Karena terasosiasi dengan mistis, barangkali kemenyan tak banyak dimanfaatkan dalam produksi rokok pabrikan. Kemenyan dalam tingwe, punya fungsi hampir sama dengan cengkeh, yakni untuk menghaluskan tembakau yang keras dan kering. Dalam tradisi tingwe, kalau tembakau sudah menggunakan kemenyan, maka tak perlu ditambah cengkeh, karena rasa asli tembakau bisa nyaris kabur.

Kapulaga

Kapulaga masuk dalam keluarga jahe-jahean (Zingiberaceae). Di Indonesia, ada dua jenis kapulaga yang banyak digunakan, yakni kapulaga Jawa (Amomum compactum) dan Kapulaga India (Elettaria cardamomum). Dalam kretek, ia punya manfaat setara dengan cengkeh. Terdapat aroma yang muncul saat ia bersenyawa dengan tembakau, walaupun tak terlalu kuat. Kapulaga mampu mencegah pengeroposan tulang, mengobati sakit tenggorokan, gusi bengkak, meredakan nyeri pada gigi, melancarkan sirkulasi darah, dan menjernihkan suara.

Adas

Adas masuk dalam famili Apiaceae. Di Indonesia, tanaman adas dibudidayakan sebagai tanaman obat dan bumbu makanan. Adas umumnya terdiri dari dua jenis yakni pedas dan manis. Buah adas yang sudah matang beraroma khas manis, pedas, dan hangat. Inilah yang membuat tanaman asli Asia Barat ini dimanfaatkan sebagai salah satu bumbu kretek. Adas dipercaya membantu menurunkan resiko penyakit jantung, melancarkan produksi Air Susu ibu (ASI), mengobati anemia, mengatasi gangguan pernapasan, menyehatkan tulang, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mencegah kanker.

Adas masuk dalam famili Apiaceae. Di Indonesia, tanaman adas dibudidayakan sebagai tanaman obat dan bumbu makanan. Adas umumnya terdiri dari dua jenis yakni pedas dan manis. Buah adas yang sudah matang beraroma khas manis, pedas, dan hangat. Inilah yang membuat tanaman asli Asia Barat ini dimanfaatkan sebagai salah satu bumbu kretek. Adas dipercaya membantu menurunkan resiko penyakit jantung, melancarkan produksi Air Susu ibu (ASI), mengobati anemia, mengatasi gangguan pernapasan, menyehatkan tulang, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mencegah kanker.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.