THINKWAY.ID – Syahdan, peradaban manusia tertua ditemukan banyak ditemukan di pinggiran sungai. Mulai dari Sungai Tigris Eufrat, Nil, Mesopotamia, Indus, Batabghari, Musi, Bengawan Solo, Brantas, hingga Ciliwung. Hal ini tak terlepas dari kehidupan manusia yang memang sangat memiliki ketergantungan terhadap air. Sederhananya, di mana ada air dengan jumlah yang besar maka disitu pasti ada kehidupan manusia.
Salah satu sungai yang sangat bersejarah di Tanah Nusantara adalah CIliwung. Sejarahnya sangat panjang dan anda bisa menemukannya di buku-buku, artikel, berita, hingga cerita-cerita dari tokoh dan warga setempat yang hidup di sana. Datang ke Ciliwung rasanya seolah memasuki lorong waktu yang membawa kita ke masa lalu di mana peradaban manusia bermulai dari sungai.
Kami sangat beruntung karena bisa datang mengunjungi sekaligus mengadakan acara silaturahmi di salah satu bantaran Sungai CIliwung yang berlokasi di Depok, Sabtu (16/4). Bisa dibilang acaranya yang sederhana dengan antusiasme dan mimpi yang luar biasa. Acara ini bernama Ngobrol Mbako (Ngombak) edisi spesial Ramadan sekaligus buka puasa bersama yang diadakan oleh komunitas, kolektif, dan individu pegiat tembakau di wilayah Jakarta, Depok, dan sekitarnya.
Sebelum edisi spesial Ramadan kali ini, Ngombak rutin dilaksanakan setiap bulan dan di tempat yang berbeda-beda. Hal ini bertujuan agar masing-masing komunitas maupun individu pegiat tembakau bisa saling mengunjungi komunitas lainnya dan melebur dengan elemen masyarakat lain yang fokus pada hal di luar tembakau. Salah satunya adalah di salah satu bantaran Sungai Ciliwung yang dirawat oleh Komunitas Ciliwung Depok.
Mas Tris selaku perwakilan dari Komunitas Ciliwung Depok bercerita saat acara Ngombak Spesial Ramadan ini bahwa Sungai Ciliwung termasuk merupakan sungai purba di nusantara yang memiliki sejarah panjang. Namun, sayangnya kehadiran Sungai Ciliwung sebagai aset yang perlu dijaga kurang mendapatkan perhatian baik itu masyarakat maupun pemerintah.
Cerita itu berlanjut dan memiliki kemiripan dengan Tembakau yang merupakan varietas tumbuhan yang memiliki sejarah panjang serta sudah memberikan kontribusi yang luar biasa bagi Indonesia. Sama seperti Sungai Ciliwung, keberadaan, sejarah, dan kontribusi Tembakau bagi Indonesia saat ini perlahan-lahan mulai dilupakan dan dihegemoni dengan stigma-stigma buruk.
Pak Soeseno dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) memperluas lagi cerita terkait tembakau di bumi nusantara. Beliau menyebutkan bahwa kota-kota besar seperti Medan, Jember, dan beberapa kota lainnya bisa maju, besar, dan dikenal secara internasional karena tembakau. Namun karena hegemoni global sejak tahun 2003, awan mendung mulai menyelimuti dunia tembakau.
Lanjutnya bercerita, petani tembakau saat ini ada di posisi yang tidak baik. Harga pembelian turun akibat banyak faktor termasuk salah satunya adalah cukai. Walau demikian, harapan petani terhadap tembakau tetap ada karena realitasnya adalah mereka pernah makmur dari tanaman ini. Nikmat tuhan yang diberikan pada manusia.
Sesi diskusi dan cerita bersama di Ngombak spesial Ramadan ini berlangsung sangat cair dengan diramaikan oleh teman-teman yang mengisi penampilan musik dari Culturenade, lalu ada cetak cukil kayu dari Populus Tobacco, Lapak tato dari Banda Handpoke. Semuanya guyub menjadi satu, memperkuat silaturahmi dalam naungan berkah ramadan.
Hari itu kami serasa kembali lagi menjadi manusia yang bersyukur dengan berkah tuhan kepada manusia berupa alam. Sungai diciptakan untuk menghidupi manusia, begitu juga dengan daun tembakau yang juga punya peran dalam kehidupan manusia.