THINKWAY.ID – Kuba, adalah sebuah negara pulau yang terletak di jajaran Laut Karibia, Teluk Meksiko, dan Samudra Atlantik. Nama Kuba selalu identik dengan cerutu, dan oleh karena itu tidak mengherankan jika Kuba juga menempati peringkat ketiga setelah Nikaragua dan Republik Dominika sebagai produksi produk cerutu terbaik. Beberapa cerutu Kuba yang paling terkenal adalah Ramon Allones Superiores LCDH (hanya 50.000 dibuat dalam setahun), H. Upmann Magnum 54, The Churchill of Romeo y Julieta (favorit Winston Churchill), dan The Montecristo N°4.
Di sisi lain, petani Kuba saat ini tengah berjuang. Seperti yang dialami petani Kuba, Maritza Carpio, (62) yang berusaha optimistis. Hal ini tak terlepas dari kondisi lima bulan setelah Badai Ian yang memukul industri tembakau sebagai sektor vital di Kuba. Carpio, yang mewarisi pertanian seluas 5,6 hektar dari orang tuanya, mengatakan dia tidak akan pernah melupakan kejadian alam yang terjadi 27 September tahun lalu, ketika pantai barat Kuba dihantam badai selama berjam-jam, dengan terjangan angin hingga 208kph.
Badai Kategori 3 ini benar-benar menghantam wilayah Vuelta Abajo — digambarkan sebagai segitiga tembakau Kuba. Pohon-pohon tumbang, atap-atap roboh, ladang-ladang kebanjiran dan rumah-rumah pengering tembakau runtuh. Carpio saat ini sedang membangun kembali miliknya, “lebih kuat dan lebih modern” kali ini, ujarnya sambil mengawasi para pekerja memasang panel atap pada struktur kayu.
Untuk diketahui, gudang/ rumah tempat menjemur tembakau, dengan atap daun lontar atau seng, memungkinkan daun tembakau menjadi coklat secara bertahap tanpa kehilangan kelenturannya karena perpaduan sempurna antara suhu, kelembapan, dan aliran udara. Keberadaan Gudang/rumah jemur ini sangat penting sebab penanaman tidak ada gunanya jika daun tidak dapat dikeringkan dalam kondisi optimal langsung setelah panen.“Begitu saya yakin rumah jemur sudah siap, saya putuskan untuk menanam,” kata Carpio sambil memamerkan tanamannya yang kini sudah berdiri setinggi 1 meter.
Hingga saat ini, tembakau adalah salah satu ekspor utama Kuba, bersama dengan produk perikanan, nikel, dan vaksin. Saat Kuba berjuang melawan krisis ekonomi terburuknya dalam tiga dekade, pemerintah dan perusahaan milik negara Tabacuba — yang membeli 95 persen hasil panen tembakau dari produsen swasta — memberikan bantuan kepada petani seperti Carpio dalam bentuk sumbangan bahan, dan pinjaman murah.
Beberapa kilometer dari pertanian Carpio, petani tembakau lainnya, Rafael Perez yang berusia 50 tahun menambahkan sentuhan akhir pada rumah pengering tembakaunya sendiri. Meskipun ada kendala besar dalam menemukan bahan. Dia menanam 60.000 tanaman tembakau di lahan seluas dua hektar miliknya, dan sudah mulai memanen. “Banyak tetangga yang tidak bisa menanam tembakau, karena tidak punya rumah pengering,” kata Perez, seperti dikutip dari TaipeiTimes.com.
Pemulihan Lahan Tembakau
Sisa-sisa rumah tembakau yang hancur menghiasi lanskap perkebunan di Kuba. Di beberapa komoditas pertanian, jagung atau kacang telah menggantikan tembakau. Tak sedikit pemilik tembakau yang menyerah. “Dulu saya bangga menanam tembakau. Saya suka apa yang saya lakukan. Itu adalah mata pencaharian keluarga saya,” kata Bisniel Benitez (33) yang bertani tembakau empat tahun lalu.
Namun, Badai Ian mengangkat atap rumah pengeringnya dan merusak turbin yang dia dan petani lain gunakan untuk irigasi. Ayah satu anak ini sekarang bekerja sebagai buruh harian, setelah menggunakan sedikit tabungannya untuk memperbaiki kerusakan rumahnya.“Bekerja begitu lama untuk sesuatu yang runtuh akan membuat Anda bersedih,” sebut Benitez.
Produsen mengatakan kemungkinan akan memakan waktu delapan sampai 10 tahun untuk Provinsi Pinar del Rio, yang menghasilkan 65 persen tembakau Kuba, untuk kembali normal. Dengan catatan, jika tidak ada badai lain di wilayah yang sering dilanda badai tropis.
Pada tahun 2021, Kuba mengekspor cerutu senilai US$568 juta, menurut angka terbaru yang diterbitkan oleh Habanos SA — terdapat peningkatan 15 persen dari tahun sebelumnya, terlepas dari dampak pandemi COVID-19. Spanyol, Cina, Jerman, Prancis, dan Swiss adalah pembeli teratas.