THINKWAY.ID – Blok M merupakan kawasan yang tak asing untuk remaja Jakarta dan sekitarnya era 80-an, 90-an, dan 2000 awal. Tempat yang melegenda ini merupakan satu pemberhentian khusus yang terdiri dari beberapa destinasi yang mewadahi kalangan muda Jakarta untuk beraktualisasi menyalurkan hobi, gaya hidup, sekadar nongkrong, atau belanja.
Sebelum populer dan mencapai masa jayanya, tempat gaul anak muda Jakarta tepusat di Cikini, kemudian pindah ke Blok M karena ada perluasan daerah. Kawasan ini awalnya adalah rancangan Belanda yang berniat membuat kawasan pemukiman berkonsep taman, dengan kode A sampai S.
Blok M semakin dikenal setelah Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games pertama di Indonesia tahun 1962. Blok M Mall yang kemudian terasosiasi dengan kawasan Blok M, diresmikan 3 Oktober 1992 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Wiyogo Atmodarminto. Pembangunannya didukung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Dahulu, Blok M Mall ditujukan menjadi pusat perbelanjaan untuk kalangan muda. Mereka menyambangi Blok M Mall tak hanya untuk belanja, tapi juga nongkrong. Boleh dikatakan lokasi ini adalah kawasan anak gaul Jakarta era 80-an dan 90-an berkumpul.
Sepanjang Jalan Melawai, pernah dijadikan lokasi pengambilan footage untuk video klip Denny Malik yang berjudul Jalan Sore. Budaya pop Indonesia tumbuh dan berkembang di jalan ini. Kawasan ini disebut dalam novel Lupus dan Olga karya Hilman Hariwijaya, serta Catatan Si Boy. Istilah JJS alias Jalan Jalan Sore yang populer pada era tersebut lahir dari tempat ini.
Pilihan Aktivitas di Blok M
Banyak memori soal Blok M Mall, mulai dari selera film dan musik, fashion, kuliner, cinta, dan circle pergaulan kalangan muda. Pada masanya, mendatangi Blok M Mall jadi rutinitas yang ditunggu-tunggu kalangan muda. Bahkan saat itu, mereka berbondong-bondong datang sebelum mall belum buka. Menunggu sampai pintu mall buka adalah pemandangan lumrah kala itu, terutama saat akhir pekan.
Pada masa itu, buat kalangan muda, seolah-olah belum sah jadi anak Jakarta kalau belum ke mall ini. Mereka gemar ngeceng ke Mall, entah itu hanya jajan di kawasan kaki lima di sekitarnya atau berburu kaset pita band kesukaan. Sekat sosial pada masa itu tak seperti sekarang, karena siapa saja bisa datang ke Blok M dengan tujuannya masing-masing.
Berburu Karya Musik di Blok M
Blok M juga jadi tempat untuk berburu atribut musik cadas terutama kaos, kaset, hingga download atau mengisi MP3 lagu-lagu dari band yang kondang di masanya. Baju-baju berwarna hitam yang identik dengan musik cadas bisa mudah ditemukan di sana. Banyak musisi Indonesia yang dulu menjadikan Blok M sebagai tempat nongkrong. Selera musik bisa dipetakan di sini sebelum melempar karya ke publik.
Sebelum era digital seperti sekarang, di sini banyak penyedia jasa isi lagu dengan format MP3 saat handphone era Nokia berjaya. Waktu itu, internet adalah hal mewah. Pelanggan juga bisa mengisi nada dering. Harga yang dipantok untuk mengisi lagu bervariasi, rata-rata Rp10.000 untuk puluhan lagu.
Sebelum merebaknya pusat-pusat perbelajaan di Jakarta, Blok M Mall adalah salah satu pusat daya tarik Jakarta. Kemudahan akses menuju Blok M Mall didukung oleh Terminal Blok M. Akses yang mudah membuat siapapun dari mana saja ke mall tersebut Akses bus dari beberapa daerah penyangga Jakarta banyak yang mengarah ke Blok M. Kemudahan ini ditambah lagi dengan akses langsung turun dari Terminal menuju mall yang terkoneksi langsung dengan tangga dan lorong. Banyak kalangan muda yang sekadar nongkrong di Galeri Telkom. Memanfaatkan telepon koin, mereka dengan asyiknya menghubungi teman atau pacar. Ini merupakan masa-masa Warung Telkom (Wartel) mengalami masa jayanya.
Soal kuliner, kawasan ini juga menyediakan banyak pilihan ragam makanan dan minuman. Dari makanan tradisional maupun restoran cepat saji. Era awal restoran cepat saji banyak yang dimulai dari sini.
Dapat dikatakan, Blok M Mall pernah menjadi bagian dari perkembangan sosial budaya di Jakarta. Ia adalah salah satu ikon budaya populer untuk remaja pada masa itu.
Kondisi Terkini
Reputasi Blok M masa kini memang tak bisa dibandingkan dengan kepopulerannya pada masa lalu. Beberapa bangunan penyangganya kawasan ini sudah berganti atau beralih fungsi. Beragamnya pusat hiburan dan perbelanjaan di Jakarta lambat laun memecah konsentrasi massa.
Namun begitu, keberadaannya sekarang masih penting, karena masih menjadi daerah vital untuk transit transportasi warga Jakarta Selatan dan sekitarnya untuk menuju ke daerah Pusat. Peremajaan kawasannya meliputi pembangunan jalan layang, jalur MRT, dan LRT.
Hal-hal yang bisa dilakukan di Blok M sekarang antara lain berburu piringan hitam, membeli buku lawas, dan wisata kuliner dan belanja pernak-pernik Jejepangan di Little Tokyo. Kawasan Little Tokyo memang sengaja dikondisikan agar pengunjung merasakan atmosfer Jepang. Terdapat restoran, tempat hiburan, hingga supermarket yang mengadaptasi budaya Jepang. Beberapa supermarket menjajakan makanan ringan khas Jepang, ice cream dan pernak-pernik.
Kini, Blok M juga dikenal karena wisata kuliner Gultik (Gulai tikungan) yang mulai aktif sekitar jam pukul 19:00, setiap petang. Area Gultik tersebar memanjang di sisi jalan perempatan Jalan Mahakam dan Jalan Bulungan. Terdapat belasan pedagang gulai di kawasan belakang Blok M Plaza tersebut, dengan harga seragam dipatok 15 ribu rupiah per porsi.