Tembakau rajang, salah satu komoditi yang tetap menjadi pilihan petani di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) yang potensial dan bisa mendatangkan keuntungan. Berbeda dengan tembakau virginia yang meributkan hadirnya tembakau impor, petani tembakau rajang tetap bisa senyum meski penghasilannya tak sebanding dengan budidaya virginia.
Pengakuan Kusnadi, salah satu petani tembakau rajang dari Desa Suntalangu Kecamatan Suela, setiap tahun tetap menanam tembakau rajang. Jenisnya kasturi atau tembakau manis.
Pada musim tanam saat ini sebutnya jumlah petani yang menanam cukup banyak. Cuaca cukup mendukung dan ketersediaan air cukup. Terlihat saat ini di sejumlah lahan perkebunan pun masih banyak ditumbuhi tembakau rajangan.
Tembakau rajang ini oleh para petani ditanam tidaklah terlalu luas layaknya petani virginia. Kusnadi sendiri menanam di atas lahan 20 are. Ada juga menanam sampai 40 are. Penanaman musim ini sebutnya banyak juga yang kurang berhasil. “Banyak yang mati karena hujan,” sebutnya.
Petani tidak menanam secara serentak seperti halnya tahun lalu. Sehingga panen pun diperkirakan tidak serentak dan masih berlangsung beberapa bulan ke depan. Hal ini mengingat masih banyaknya tanaman tembakau rajangan ini yang belum dipanen. Panen saat ini pun baru daun bawah. Balum daun tengah dan pucuk.
Adapun harga saat ini dinilai masih cukup berpihak kepada petani. Berlaku harga Rp200 ribu per bal. Satu bal 20 tumpi. Itupun baru daun bawah. Kalau sudah masuk daun tengah maka harganya bisa tembus Rp700 ribu sampai dengan Rp1 juta per bal. Bahkan ada yang sampai Rp2 juta. Seperti sebutan tembakau Senang. Jenis tembakau yang cukup digemari sejumlah penikmat rokok tradisional.
Hal senada diuraikan Masni. Tembakau rajangan ini diyakini selalu laku. Pembeli-pembeli dari Masbagik biasanya datang langsung membeli ke rumah-rumah petani tembakau. Dibandingkan virginia, rajangan hanya membutuhkan proses perajangan dan pengeringan dengan sinar matahari.
Musim tanam tahun ini diprediksi banyak yang akan panen. Produktivitas tembakau tahun ini juga diyakini banyak petani yang berhasil. Harapannya harga tidak anjlok. Seperti yang menanam di sela-sela jagung juga dilihat masih cukup bagus. “Tampaknya lebih banyak petani yang berhasil,” ungkapnya.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Lotim, H. Masri yang dikonfirmasi terpisah Senin, 24 Juni 2019 menguraikan, tembakau rajang memang selalu tetap ada setiap tahunnya ditanam petani.
Lotim memiliki potensi lahan tembakau rajang seluas 3.254 ha. Tembakau rajang atau disebut tembakau tradisional ini pasarnya pun dinilai masih cukup bagus. Tidak ada yang dikeluhkan seperti halnya tembakau virginia.
Harganya tergantung mekanisme pasar. Tembakau-tembakau karya petani di Lotim bagian utara sebagian besar ini banyak dikirim ke pulau Jawa. “Pembelinya banyak dari Masbagik yang kemudian dibawa ke luar daerah,” demikian.***
Sumber: Suara NTB