THINKWAY.ID – Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Kesehatan sedang menjadi perbincangan serius di ekosistem pertembakauan. Dampak RPP Kesehatan langsung dirasakan oleh produksi industri tembakau sehingga mengkhawatirkan keberlangsungan tenaga kerja di ekosistem pertembakauan.
Menurut catatan Federasi Serikat Pekerja Rokok Tembakau Makanan Minuman – Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP RTMM – SPSI), hampir 150.000 pekerja dari total anggota mereka mengadu nasib di ekosistem pertembakauan. Para pekerja ini berpotensi mengalami dampak ekonomi, bahkan hingga Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), terutama karena aturan tembakau yang diatur dalam RPP Kesehatan.
Ketua Umum PP FSP RTMM-SPSI, Sudarto, menjelaskan bahwa pekerja di ekosistem pertembakauan mayoritas adalah perempuan dengan pendidikan terbatas dan usia rata-rata 40 tahun. Saat ini, lapangan kerja tidak sebanding dengan angkatan kerja, dan belum ada pekerjaan yang dapat menggantikan dengan nilai kesejahteraan yang sama seperti saat ini.
Ekosistem pertembakauan mengalami keterpurukan karena berbagai regulasi yang berlebihan. Oleh karena itu, pihaknya meminta agar aturan tembakau dipisah dari RPP Kesehatan. Tantangan ini juga tercermin dalam realisasi penerimaan Cukai Hasil Tembakau (CHT) di tahun 2023 yang hanya mencapai Rp213,48 triliun atau 91,78% dari target APBN.
Ketua Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI), Henry Najoan, pesimis bahwa target CHT di tahun 2024 sebesar Rp230,4 triliun (naik 5,08% dari target tahun sebelumnya) dapat terpenuhi. Hingga April 2024, penerimaan CHT masih minus sebesar 7,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Henry mengungkapkan bahwa jika RPP tetap disahkan dengan draf yang beredar saat ini, akan berdampak buruk bagi iklim usaha ekosistem pertembakauan. Banyak larangan terhadap ekosistem pertembakauan, seperti pembatasan bahan tambahan, TAR, dan nikotin, dapat membuat anggota GAPPRI harus menutup usahanya.
Dengan tambahan RPP Kesehatan, ekosistem pertembakauan semakin terbebani. Ketentuan mengenai perubahan kemasan, bahan baku, dan pengaturan yang semakin ketat akan memperparah situasi industri ini.