Thinkway Logo

Tradisi Nyadran Sedandang Warga Lereng Sindoro – Sumbing Usai Panen Tembakau

Warga lereng gunung Sindoro dan Sumbing di Desa Tlahab Kecamatan, Kledung, Temanggung, menggelar tradisi nyadran mata air Sedandang pada awal November 2021. Tradisi yang digelar sejak ratusan tahun lalu ini sebagai ungkapan rasa syukur atas melimpahkan air, untuk memohon keselamatan dan terhindar dari mara bahaya serta berharap Pandemi Covid-19 segera berlalu.

Bersamaan dengan digelarnya tradisi ini, masyarakat membersihkan lingkungan pemukiman dan di sekitar mata air. Mereka juga menanam pohon untuk konservasi alam terutama pelestarian sumber mata air.

Dipilihnya Jumat Kliwon di bulan Rabiul Awal dalam penanggalan Jawa dalam pelaksanaan tradisi ini, sejak dahulu hari pelaksanan nyadran juga tidak pernah berubah, masyarakat juga tidak berani memilih hari untuk melaksanakan tradisi yang dianggap sakral ini.

Tokoh masyarakat Hanafi (46) mengatakan selamatan Sedandang sangat ditunggu warga. Warga antusias untuk mengikutinya. Maka itu beberapa hari sebelum hari pelaksanaan warga telah bersiap-siap untuk menyambutnya. “Warga menanam pohon membersihkan lingkungan tempat tinggal, makam dan lingkungan. Terutama untuk pelestarian alam,” kata Hanafi.

Dia mengatakan pada pelaksaan selamatan, warga membawa berbagai macam sesajian untuk dibawa ke lokasi sumber mata air seperti, tumpeng, ingkung ayam jantan, jajan pasar dan bebagai jajan pasar. “Gelaran nyadran ini juga dibarengi dengan pementasan wayang kulit selama dua hari dua malam,” kata dia.

Kepala Desa Tlahab Irwan mengatakan tradisi nyadran ini memang sudah menjadi tradisi masyarakat Desa Tlahab, tidak bisa ditinggalkan dan wajib dilakukan di setiap tahunnya. “Tradisi nyadran ini selalu digelar usai panen raya tembakau, dalam kondisi apapun, masyarakat tetap berupaya agar nyadran ini bisa tetap digelar,” kata dia.

Dikatakan sadranan tidak terpengaruh oleh hasil panen raya tembakau, meskipun kondisi hasil budidaya tembakau tidak laku seperti tahun ini, masyarakat tetap mengelar nyadran, karena sudah menjadi tradisi. “Dalam tradisi ini juga ada penanaman kearifan lokal seperti hormat pada orang tua, leluhur, konservasi lahan, cinta lingkungan dan lainnya,” kata dia.

Dia mengatakan pada masa Pandemi Covid-19 ini prosesi nyadran hanya boleh diikuti oleh warga Desa Tlahab saja, masyarakat dari luar desa tidak diperkenankan mengikuti prosesi nyadran.
Langkah ini katanya, sebagai salah satu upaya untuk mencegah penyebaran Covid-19 di Desa Tlahab, aturan ini memang diterapkan secara ketat.

“Warga mendukung tiap usaha pemerintah untuk menghentikan pandemi Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi,”kata dia.

Dia berharap, kedepan kondisi bisa semakin membaik, tidak hanya Pandemi Covid-19 yang hilang dari bumi ini, namun perekonomian juga semakin bagus, sehingga masyarakat bisa lebih sejahtera.

“Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur dan memohon kepada Allah, agar masyarakat diberi kesehatan, keselamatan, serta rejeki yang barokah,” jelasnya.(sumber berita: KRjogja)

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.