Seniman tari asal Semarang, Yoyok Bambang Priambodo, membuat karya seni tari bertemakan melawan virus Korona. Karya yang diberi nama Three Power Dance atau tari tiga daya, sebagai wujud doa, itu melawan pandemi korona.
Yoyok menjelaskan tarian ini merupakan bentuk pengingat kepada manusia. “Three Power Dance menjadi simbol jiwa manusia yang dicerminkan dalam trimurti, tripama, dan tridaya. Juga sebagai pengingat untuk manusia,” jelas pengasuh Sanggar Greget itu, belum lama ini.
Dia menerangkan, Three Power Dance dipentaskan untuk pertama kalinya pada 3 April 2020 lalu melalui media sosial dan Youtube di sanggar tarinya yang beralamat pada Jalan Pamularsih I No 2, Semarang. Dua anaknya yakni Sangghita Anjali dan Canadian Mahendra juga dilibatkan dalam melengkapi karyanya.
“Saya gunakan tembang Dandhang Gulo, Kidung Sesingkir yang diciptakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga. Tembang ini digunakan orang Jawa jaman dulu untuk berdoa,” paparnya.
Yoyok memiliki peran berbeda dengan dua penari lainnya. Benda yang digunakan dalam pementasan yakni obor yang memiliki arti lentera penerang kehidupan.
Penari kedua, membawa kendil bermakna kehidupan mengalir, dan penari terakhir membawa sapu lidi yang diartikan pembersihan diri.
“Kostumnya menggunakan kain poleng hitam dan putih yang dipercaya untuk menetralisir hal yang tidak baik,” ujarnya.
Ada tiga tahapan dalam tarian tersebut yang masing-masing diiringi tembang yang berbeda. Tembang Dandhang Gulo Sunan Kalijaga mengawali doa dalam tahapan pertama, disusul tembang Dandhang Gulo laras pegog karya Yoyok.
Lalu dua tembang Kinanthi laras pegog yang bermakna ikhtiar dalam mengusir virus Korona sekaligus sebagai tolak bala dari semua penyakit dan wabah yang menular hingga kematian.
“Terakhir ditutup dengan tembang Asmaradhana. Kidung ini dimaknai sebagai pembelajaran dan menyadarkan manusia untuk instropeksi diri. Termasuk untuk berbenah menata diri serta menjaga dan merawat kelestarian alam,” bebernya.
Yoyok menyebut Three Power Dance sudah dipentaskan menjadi 2 sesi. Sesi kedua dia lakukan berkolaborasi dengan dua maestro seniman ada Djarot B Darsono dan Eko Supendi, dan dipentaskan pada 17 April lalu.
“Isinya tentang menekankan empati bagi korban keganasan Covid-19. Temasuk tenaga medis, TNI/Polri dan keluarga yang berduka akibat meninggal dunia karena virus Korona,”tandasnya. (Afri Rismoko)