THINKWAY.ID – Pemimpin tetinggi Inggris, Ratu Elizabeth II meninggal dunia pada Kamis, 8 September 2022 pada usia 96 tahun. Pengumuman resmi telah dirilis oleh akun Twitter resmi kerajaan Inggris, @RoyalFamily, pada 9 September 2022 dini hari, yang berbunyi: “Ratu telah meninggal dunia dengan tenang di Kastil Balmoral sore ini”. Sebelum tutup usia, kesehatan Sang Ratu sempat memburuk.
Ini mengakhiri kekuasaannya yang panjang, yakni 70 tahun, terhitung sejak tahun 1952. Ia melewati pergantian 15 perdana menteri Inggris. Masa pemerintahannya merupakan masa pemerintahan terlama dalam sejarah Monarki Britania Raya, melampaui masa pemerintahan nenek buyutnya, Ratu Victoria (63 tahun).
Dengan mangkatnya sang Ratu, putra sulungnya, Pangeran Charles (73 tahun) , segera bersiap menjadi Raja Inggris, dan direncanakan akan diangkat di St Jame’s Palace London secepat mungkin. Kalau merujuk pada protokol resmi kerajaan, seluruh Inggris akan memasuki masa berkabung nasional selama 12 hari, untuk menghormati kepergian sang Ratu.
Siapakah sebenarnya Ratu Elizabeth II?
Elizabeth II merupakan seorang Ratu monarki konstitusional dari 16 negara berdaulat (negara persemakmuran) dan teritori beserta dependensinya, dan serta ketua dari 54 anggota Negara-Negara Persemakmuran. Ia adalah pimpinan semua cabang militer Inggris dan menjadi pendukung keuangan untuk lebih dari 700 organisasi di seluruh dunia.
Elizabeth II lahir di London, pada 12 April 1926, dan dibaptis dengan nama Elizabeth Alexandra Mary. Orang tuanya adalah George VI dan Elizabeth Angela Marguerite Bowes-Lyon, dikenal sebagai Ratu Elizabeth, (Ibu Suri). Keluarga dekatnya memanggil Elizabeth dengan panggilan sayang “Lilibet”.
Elizabeth menempuh pendidikan home schooling melalui tutor pribadi, bernama Henry Marten. Pada usia 19 tahun, ia bergabung dengan Women’s Auxiliary Territorial Service, untuk dilatih sebagai supir dan mekanik. Elizabeth juga sempat bertugas selama Perang Dunia II sebagai mekanik sekaligus tenaga medis.
Tahun 1947, ia menikah dengan Pangeran Philip, Adipati Edinburgh, di Westminster Abbey. Ayah Elizabeth kemudian menganugerahi gelar Duke of Edinburgh, Earl Merioneth, dan Baron Greenwich pada pangeran Philip.
Penobatan Elizabeth sebagai ratu kerajaan Inggris dilakukan pada 2 Juli 1953, dengan gelar Her Royal Highness The Princess Elizabeth. Dalam sejarah Britania, ini merupakan acara upacara penobatan pertama yang disiarkan langsung di televisi, dan mendapatkan penonton yang diperkirakan sebanyak 20 juta orang. Peristiwa ni kemudian menjadi semacam template untuk acara-acara resmi kerajaan Inggris. Saat kerajaan punya hajatan resmi, maka biasanya akan disiarkan secara langsung dan luas ke seluruh dunia.
Elizabeth terlibat dalam banyak peristiwa bersejarah dunia, mulai dari The Troubles di Irlandia Utara, Perang Falklands, Perang Afganistan, Perang Dunia I dan II. Elizabeth cukup banyak berperan dalam proses transformasi negara-negara jajahan Britania Raya, saat berganti status menjadi negara persemakmuran.
Lawatan Ratu Elizabeth II ke Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara yang pernah disambangi oleh Ratu Elizabeth II. Momen tersebut terjadi pada 15-22 Maret 1974. Tak hanya Jakarta, Ratu Elizabeth juga singgah ke Bali dan Yogyakarta.
Menjadi istimewa dan bersejarah, karena saat kunjungan ke Indonesia, rombongan kerajaan Inggris ini menggunakan Kapal Pesiar Kerajaan Britania, bernama Royal Yacht Britannia. Pulau Bali menjadi daerah awal kunjungan Ratu. Ratu dan rombongan beristirahat di Istana Tampaksiring. Ratu Inggris digambarkan mengagumi tarian dan kesenian kriya khas Bali.
Selanjutnya, Ratu bertolak menuju Jakarta. Presiden Soeharto dan Ibu Tien menyambut Ratu di Jakarta, sekaligus menjadi tamu kenegaraan pertama Pemerintah Daerah (Pemda) DKI Jakarta. Rombongan disambut meriah dengan pawai ondel-odel lengkap, berikut dengan tanjidornya. Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin sempat mengajak Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip berjalan-jalan Kota Tua.
Dari Jakarta, keduanya menuju Yogyakarta, disambut oleh Sri Sultan Hamengku Buworo IX di Keraton Yogyakarta. Lebih kurang 400 prajurit keraton lengkap dengan seragam tradisional menyambut kedatangan Ratu Elizabeth.
Lawatan ini bukan kunjungan biasa dan menjadi penting, karena menjadi titik balik hubungan bilateral Indonesia-Inggris dalam membangun kemitraan strategis dalam beberapa sektor, khususnya pembangunan. Indonesia saat itu cukup gencar membangun infrastruktur.
Kontroversi Ratu Elizabeth II
Dalam janji pernikahannya dengan Pangeran Philip, ia menambahkan sendiri frasa kontoversial “untuk mematuhi”, padahal frasa ini sudah dihapus oleh Gereja Inggris sejak tahun 1928. Janji pernikahan tersebut kemudian berbunyi: “Untuk mencintai, menyayangi, dan mematuhi”.
Saat Putri Diana menikahi Pangeran Charles tahun 1981, ia berani “melawan” sang Ratu dengan kembali menghilangkan frasa “untuk mematuhi” dari janji pernikahannya. Diana seolah-olah sudah tahu bahwa pernikahannya dengan Pangeran Charles tak akan berjalan mulus, dan pada kenyataannya mereka akhirnya bercerai pada tahun 1996.
Elizabeth juga sempat dikecam publik karena enggan tampil di depan publik dalam masa-masa meninggalnya Putri Diana dalam kecelakaan di Paris (1997).
Persona Ratu Elizabeth II
Sosok yang jarang mau diwawancarai ini dikenal sebagai perempuan kuat dan tegar. Bahkan dalam banyak publikasi foto di media, ia sering terlihat murah senyum, sehingga mendapat julukan “Si Ratu Murah Senyum”. Semasa hidup, ia melewati berbagai masalah keluarga kerajaan. Misalnya, dalam tragedi pembunuhan paman Pangeran Philip, kehancuran rumah tangga anak-anaknya di era 90-an, kematian Putri Diana, sampai yang tebaru, membelotnya Pangeran Harry karena dengan sadar mengundurkan diri dari status anggota kerajaan. Kemelut internal keluarga kerajaan ini memaksa terjadinya modernisasi monarkhi secara dramatis.
Elizabeth II menjelma menjadi salah satu sosok perempuan yang paling dikenal di seluruh dunia. Ia memimpin Inggris di tengah pergolakan-pergolakan global, kemelut politik Britania Raya, dan masalah internal keluarga.
Walaupun Ratu Elizabeth II selama hidupnya tetap menjalankan tradisi monarki Inggris, kepemimpinannya cenderung tak dapat diprediksi. Elizabeth II juga dianggap berjasa mendorong Kerajaan Inggris untuk berinteraksi dengan orang-orang di luar kerajaan.
Rasanya dalam waktu dekat belum ada lagi pemimpin perempuan sebuah negara yang bisa mengalahkan rekor durasi berkuasa seperti Ratu Elizabeth II.