THINKWAY.ID – Ada banyak teladan yang datang dari jalan. Ada banyak cerita yang datang dari tempat tak terduga. Ada banyak inspirasi yang hadir di kondisi-kondisi sulit. Teladan, cerita, dan inspirasi kali ini datang dari Rony Rahardian, sosok di balik sebuah proyek bernama Kick Your Butt.
Puntung rokok hari ini bagi beberapa orang masih dianggap sebagai sebuah problem. Dianggap tidak dapat diurai oleh tanah dan dapat menyebabkan masalah bagi lingkungan di kemudian hari. Walau sebenarnya puntung rokok sudah mengalami modifikasi yang mutakhir sehingga limbahnya dapat diurai oleh tanah dalam kurun waktu 138 hari.
Ketika banyak orang yang pesimistis dengan puntung rokok, Rony Rahardian malah sebaliknya. Pria alumnus Universitas Parahyangan ini percaya bahwa puntung rokok dapat dijadikan sesuatu yang lebih bermanfaat dan digunakan secara berlanjut. Optimismenya dimaterialkan dalam bentuk sebuah proyek bernama Kick Your Butt. Sebuah proyek riset dan development dengan objek utamanya adalah puntung rokok.
Awalnya Rony bersama rekan-rekannya di Kick Your Butt punya ide untuk mengubah limbah puntung rokok menjadi sebuah serat yang bisa digunakan untuk menjadi benang. “Kita tahu fashion lagi happening banget bagi anak muda,” alasan Rony mengapa ide tersebut muncul. Namun temuannya ternyata daya tarik serat dari limbah puntung rokok ternyata tidak terlalu kuat. Ide itu akhirnya padam, dan berubah menjadi gagasan cemerlang lain.
Albert Einstein, Nikolas Tesla, James Watt butuh eksperimen yang berulang-ulang sebelum menemukan kesuksesan. Begitu juga dengan Rony dan kawan-kawan. Karena kegigihan dan semangat untuk menjaga ekosistem lingkungan, Kick Your Butt tetap melanjutkan proyek mereka. Alhasil, boom! karya-karya lain bisa mereka hasilkan dari limbah-limbah puntung rokok.
Ada asbak, holder, frame kacamata, jam tangan, bahkan bata yang mereka buat dari limbah puntung rokok. Hebatnya, produk-produk tersebut dibuat dalam bentuk yang estetik dan tak ketinggalan jaman. Meski belum diproduksi secara massal namun karya-karya Kick Your Butt sudah dilirik oleh industri dan beberapa kali diajak untuk kerjasama.
Rony berharap khalayak publik yang lebih luas dapat bisa ikut berpartisipasi dalam proyek Kick Your Butt. “sekarang kami memulainya di tempat kami terlebih dahulu, kalau lo punya limbah puntung rokok sebanyak satu botol air mineral berukuran 1500 mililiter penuh, lo bisa bawa ke sini dan kami tukarkan dengan kopi,” jelas pria berkacamata ini.
Berjarak 58 kilometer dari Jakarta selatan yang menjadi tempat Rony dkk berkumpul, ada sekelompok mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Islam Bogor yang punya cerita inspiratif lainnya. “Biasanya HMI diidentikkan dengan politik, tapi kami di Bogor memilih untuk berkebun dan merawat lingkungan,” ucap Fuji salah satu anggota HMI Bogor.
Fuji bercerita bahwa HMI Bogor memiliki kebun di samping sekretariat mereka yang digunakan untuk bertanam. Menariknya pupuk pestisida yang mereka gunakan terbuat dari limbah puntung rokok. Teman-teman dari HMI Bogor membuatnya secara sendiri dan melakukan pengujian secara berkala. “Alhamdulillah, sukses untuk pupuk pada tanaman cabe yang kami tanam,” ucap Fuji.
Mahasiswa asal Institut Pertanian Bogor itu menyebut bahwa cara membuat pupuk pestisida dari limbah puntung rokok tidaklah rumit. Alat yang dibutuhkan adalah puntung rokok, botol bekas, sepray tanaman, plastik dan karet. Cara membuatnya? siapkan puntung rokok dan garam, siapkan wadah, masukkan puntung dan abu rokok ke dalam wadah, lalu masukkan air 4,5 liter, tutup dengan plastik dan diamkan selama lima sampai tujuh hari.
Cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Fuji juga berharap bahwa kelompoknya di HMI Bogor juga bisa meneliti lebih lanjut apakah pupuk pestisida dari puntung rokok ini dapat digunakan untuk tanaman lain sehingga kebermanfaatannya bisa meluas.
Dua cerita ini datang dari diskusi media dan mini eksibisi Tembakau: dari daun hingga limbah yang bermanfaat. Acara ini digagas oleh aliansi masyarakat tembakau Indonesia di Ruang Seketika, Tebet (2/6).