Ada yang khas dari kopi arabica asal Kabupaten Temanggung. Sesuai brandnya sebagai Kota Tembakau, kopi di kabupaten ini juga memiliki aroma tembakau. Ciri khas yang tidak dimiliki oleh kopi-kopi jenis lain.
Hal itu diungkapkan Pariyadi (35), pecinta kopi sekaligus pendiri merek Semancoffee, saat pameran di stan promosi BUMDes Kabupaten Temanggung, dalam Bursa Pemberdayaan Masyarakat Jateng, yang berlangsung di Lapangan Desa Plumbon, Kabupaten Semarang, Selasa (9/4/2019).
Pariyadi mengungkapkan, selama ini banyak penikmat kopi yang hanya mendasarkan pada jenis kopi, kafe tempat nongkrong, atau merek dari kopi itu. Tak banyak yang mengetahui kekhasan kopi dari sebuah daerah, sebagaimana khasnya kopi Temanggung.
Dikatakan, dirinya menggunakan brand Semancoffee sejak Januari 2018. Sebelumnya ia menggunakan branding produk dengan merek komunitas kelompok tani selama 3 tahun. Merintis ulang setelah pindah ke Desa Wonosari, Temanggung diakuinya bukan hal yang mudah.
“Sebenarnya secara pemasaran saya banyak kehilangan pelanggan karena ganti brand,” ujarnya. Namun demikian, ia lebih memilih spekulasi sendiri dengan brand baru dalam bisnis kopi. Awal mula melakukan pengolahan kopi, katanya, hanya mengandalkan hasil panen dari 500 pohon kopi yang ditanam disela lahan kebun tembakau dan cabai.
Lebih lanjut Pariyadi menjelaskan, kopi juga memiliki SOP. Mulai pemilihan biji kopi sampai penyajian. Itu ia ketahui dari komunitas pecinta kopi Temanggung. Bahkan, ia juga mendapatkan ilmu perawatan tanaman dan varietas kopi terbaru. “Komunitas pecinta kopi biasanya sebagai tempat berbagi pengalaman dan ilmu,” jelasnya.
Dia juga memberikan sedikit gambaran tentang jenis dan pengolahan kopi serta prospeknya dalam dunia usaha.
Menurutnya, jenis kopi robusta lebih condong pada rasa pahit pekat. Sementara jenis kopi arabica lebih condong pada rasa asam dan aroma gula aren. Berdasarkan tanaman, kata Pariyadi, kopi robusta memiliki daun lebih lebar dan biji kopinya lebih bulat. Sedangkan kopi arabica berdaun lebih kecil dan berbiji agak lonjong.
Dalam menyajikan kopi, lanjut Pariyadi, takaran 10 gram kopi berbanding 150 ml air dengan suhu antara 70 – 80 C°. “Takaran ini yang standar dalam penyajian kopi. Kalau gula itu sesuai selera. Dan yang khas dari kopi arabica asal Temanggung itu memiliki aroma tembakau,” paparnya.
Menurutnya, keberadaan pengusaha kopi lokal membuat para petani mendapatkan penghasilan lebih tinggi daripada diborong ijon. Sebab para pengusaha kopi lokal membeli cerry (istilah untuk kopi yang matang di pohon).
Diakuinya, dengan pahamnya para petani kopi akan perbedaan sistem penjualan tersebut, otomatis membuat mereka memiliki kesadaran untuk merawat tanaman kopi.
“Awalnya membeli sedikit demi sedikit, lalu masyarakat mulai sadar untuk tidak menjual ijon dan sekarang bahkan mulai menyetor paling sedikit 5 kg kopi dalam seminggu,” ungkapnya.
Merebaknya penikmat kopi membuat peluang usaha baru dalam agrobisnis dan agroindustri di tengah pemasaran online. Karena itu ia menegaskan dirinya mantap berada di jalur bisnis kopi dibanding tembakau. “Memang tembakau menjadi unggulan Temanggung, tapi kalau ada kopi yang memiliki prospek yang lebih menjanjikan kenapa tidak,” tandasnya.***
Sumber: JatengToday