THINKWAY.ID – Ki Joko Bodo lahir di Singaraja, Bali, pada 17 Februari 1964. Bernama asli Agus Yulianto, pada masa puncak karirnya ia dikenal sebagai tokoh paranormal yang identik dengan dunia klenik. Dengan rambut gondrong awut-awutan dan jenggot panjang, personanya terwakili dengan ciri fisiknya.
Cerita hidupnya unik. Ia pintar betul memanfaatkan momen, memahami psikologis masyarakat Indonesia yang suka dengan hal-hal berbau mistis. Maka tak heran, sosoknya dikenal seorang paranormal yang kompeten.
Perjalanan Karier Ki Joko Bodo
Banyak yang tak mengira kalau Ki Joko Bodo punya latar belakang pendidikan yang mumpuni. Ia meraih gelar S1 sari salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Bahkan cita-citanya juga “sangat Indonesia”, yakni menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Diceritakan, ia sampai 16 kali ikhtiar melamar jadi PNS di berbagai departemen, namun tak membuahkan hasil.
Dikenal sebagai pekerja keras, karena usahanya menjadi PNS tak tembus-tembus juga, berbagai pilihan profesi rela ia jalani, mulai dari penyemir sepatu dan pengamen. Bahkan karena saking laparnya, ia pernah nekat mencuri sepatu di sebuah masjid untuk dijual, karena harus makan. Uniknya, di masa depan setelah ia sukses, masjid tersebut ia datangi kembali, dan mengaku salah pada pengurus masjid.
Sebuah pameran seni dan pertunjukan paranormal di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), menjadi titik balik perjalanan hidupnya. Ia terinspirasi untuk menjadi paranormal, dengan cara belajar secara otodidak. Perlahan ia dikenal karena sering muncul di televisi sebagai paranormal.
Gelar atau titel Ki Joko Bodo berasal dari seorang guru spiritualnya. Maknanya pun tak main-main, yakni “Jalan penghidupan yang tentram, merdeka, bahagia dan sempurna”.
Ilmu Ki Joko Bodo yang paling dikenal yaitu Ilmu Gendam Putih, yang dipercaya oleh orang-orang, dalam konteks pengobatan altenatif. Tak sedikit orang yang meminta bantuan di padepokan Ki Joko Bodo.
2007, ia sempat mencoba peruntungan dengan membuat grup musik benama 3 Mantra, bersama rekan seprofesi, yaitu Ki Joko Wasis dan Ki Joko Yono. 3 mantra mengusung genre musik beat modern. Nama grup musik ini berasal singkatan dari Manusia Tradisional. Single bertajuk “Kadukuniku” berhasil dirilis oleh 3 Mantra pada 2011 silam.
Dunia film juga ia jajal, dalam film Terowongan Casablanca pada 2007. Penampilannya dalam layar lebar bisa ditemui dalam judul lain, Taman Langsat Mayestik dan Jeritan Danau Terlarang.
Kesuksesan yang ia capai tak lepas dari keyakinannya bahwa untuk “menjadi orang”, tak melulu harus dengan sekolah tinggi. Semua orang bisa mencapai kedudukan dan kemampuan finansial yang baik, dengan cara tekun dan kerja keras.
Istana Wong Sintinx
Ki Joko Bodo bisa dikatakan menandai masa kesuksesan saat ia mampu membangun rumah yang ia beri nama Istana Wong Sintinx (Istana Orang Gila) di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Konon biaya pembangunannya tak main-main, mencapai Rp 25 miliar.
Alasan penamaan rumah ini, karena dari dulu ia dianggap orang sinting (gila) saat masih luntang-lantung tanpa pekerjaan. Rumah tersebut dibangun atas dasar “balas dendam positif”. Istana Wong Sintinx merupakan realisasi bahwa orang gila bisa membangun rumah, dan bahkan membangun istana. Menurutnya, lewat bangunan tersebut, katakanlah ia mewakili pengemis, gelandangan dan orang sinting seluruh Indonesia yang bisa maju.
Rumah yang lebih mirip berbentuk candi ini jadi prakter paranormal Ki Joko Bodo selama puluhan tahun. Kenapa semacam candi, karena ornamen-ornamen dinding pada rumah tersebut penuh dengan relief, yang menggambarkan perjalanan kehidupan sosok yang dikenal humble ini.
Dalam sebuah unggahan di Instagramnya yang kini tak lagi aktif, ia pernah menyebut bahwa ia adalah seorang pemimpi. “Candi” tersebut ia persembahkan untuk istri, anak-anaknya, serta untuk negara Indonesia.
Terdapat satu bagian dalam rumah tersebut yang banyak dibicarakan orang, yaitu goa lorong waktu. Goa ini merupakan tempat biasa Ki Joko Bodo melakukan ritual dan meditasi. Uniknya, dalam lorong ini juga terdapat tempat ibadah untuk 5 agama di Indonesia.
Alih-alih menulis otobiografi dalam sebuah buku, Ki Joko melakukannya dalam pahatan-pahatan relief Istana Wog Sintinx tersebut. Ia ingin agar orang-orang bisa mengenangnya lewat relief-relief tersebut.
Mendalami Ilmu Agama
2014, Ki Joko memutuskan untuk berhijrah dalam konsep Islam, yakni berubah menuju kebaikan. Titik baliknya adalah saat ia pergi ke tanah suci, Makkah. Ia lalu mengubah total penampilan, dengan cara memotong rambut gondrongnya, serta mencukur rapi kumis dan jenggot.
Ia pernah mengaku berniat mewakafkan tanah seluas 200 m2 untuk dibangun masjid, berlokasi tak jauh dari rumahnya. Selain itu, Istana Wong Sintinx beralih fungsi menjadi masjid, bernama Masjid Al Umar. Masjid ini kini aktif mengadakan pengajian dan berbagai keguiatan agama.
Jelang akhir hayatnya, Ki Joko mengabdikan diri di lembaga otonom NU, Lesbumi (Lembaga Seniman dan Budayawan Muslimin Indonesia). Ia dimakamkan di TPU Gang Kober, Jakarta Timur, pada Selasa (22/11) sore.