WONOGIRI, THINKWAY – Wonogiri adalah salah satu sentra tembakau penting di Jawa Tengah. Berkaca pada tahun lalu, luas lahan tembakau di Wonogiri bertambah menjadi 1.500 hektare dengan serapan tenaga kerja sekitar 3.800 orang. Tembakau terbukti menjadi sumber penghidupan yang menjadi andalan masyarakat Wonogiri. Multiplier effect kesejahteraan ekonomi dirasakan oleh para petani di sektor hulu ekosistem pertembakauan. Mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga biaya kuliah anak, terpenuhi dengan menanam tembakau.
Seperti yang dirasakan oleh Paino (55), seorang petani tembakau dari Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko. Kesejahteraannya meningkat sejak dirinya mengikuti program kemitraan dengan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui perusahaan pemasok. Paino menceritakan, ia telah menjadi petani mitra dalam program kemitraan Sampoerna yang dijalankan melalui pemasok sejak tahun 2016. Awalnya, pemasok tersebut mengadakan sosialisasi program kemitraan petani tembakau di desanya.
“(Sebelumnya) saya belum pernah tanam tembakau. Tapi karena ajakan teman-teman petani lain yang sudah lebih dulu ikut dan keluarga yang sangat mendukung sekali, saya akhirnya juga ikut program kemitraan,” kata Paino. Rupanya tidak adanya pengalaman itu bukan masalah. Sebab Paino mendapatkan berbagai pelatihan terkait bertani tembakau.
“Ada pelatihan tentang bagaimana cara mengolah tanah, pembibitan, proses tanam, sampai panen dan pasca-panen,” jelasnya. Paino mengenang, pertama kali ikut program kemitraan, ia memulai dengan jumlah bibit tanaman yang lebih sedikit daripada petani tembakau lain pada umumnya. Itu pun dengan diiringi kekhawatiran tanaman tembakaunya tidak berhasil tumbuh dengan baik.
Setelah mendapat berbagai pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan, Paino akhirnya mengetahui cara tanam yang optimal, sehingga selanjutnya ia menanam tembakau di seluruh lahan miliknya hingga kini.
Lebih Produktif
Diakui Paino, banyak manfaat yang diperoleh sejak ikut menjadi mitra petani tembakau. Penghasilannya jauh meningkat dibandingkan sebelum ikut program kemitraan. Berkat ini, kata Paino, dirinya bisa merenovasi rumah dan membiayai anaknya, Nina Nur Oktavia (24), hingga selesai kuliah. Saat ini, kata Paino anaknya sudah bekerja.
Selain itu, karena pertanian tembakaunya terus berkembang, Paino mengatakan saat ini ia juga mempekerjakan dua orang tetangganya untuk membantu menggarap lahannya selama musim tanam tembakau. Mereka diminta untuk membantu saat pengolahan tanah, pemupukan dan musim panen. Dengan demikian, selain lahan menjadi produktif, program kemitraan pertanian tembakau juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.(*)