Thinkway Logo

Kemarau, Petani di Bantul Mulai Menanam Tembakau

Memasuki musim kemarau, petani di Kabupaten Bantul mulai menanam tembakau. Tanaman tersebut, banyak ditanam di kawasan sekitar lereng perbukitan Gunung Sewu Kecamatan Plered, Bantul. 

Kawasan Plered, dikenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau, yang masih tersisa di Bantul. Meski berlokasi di dataran rendah, lahan pertanian yang berada di kawasan sisi tenggara Kabupaten Bantul tersebut, cenderung kering sehingga cocok untuk ditanami tembakau.

Salah seorang petani, asal Dusun Sanan, Bawuran, Plered, Bantul, Yuriah, mengaku biasa menanam tembakau setiap musim tanam kedua dan ketiga. Memanfaatkan lahan 1.200 meter persegi, Dia menanam tembakau seusai masa tanam padi selesai.

“Saya memilih menanam tembakau dibanding tanaman palawija lain, karena sudah terbiasa menanam tembakau setiap tahunnya. Jika cuaca bagus, hasilnya juga lumayan. Walaupun risiko gagal panen juga cukup besar,” ujarnya Kamis (13/06/2019).

Yuriah membeli bibit tembakau yang sudah berumur 40 hari dari petani penangkar. Ia membutuhkan sekitar 2.000 bibit tembakau untuk ditanam di lahan seluas 1.200 meter persegi. Satu bibit tembakau usia 40 hari, dibeli Rp50 per-bijinya. “Perlakuan tanah untuk tembakau tidak sulit. Seusai padi dipanen, sawah hanya tinggal dikowak (dilubangi) untuk selanjutnya disiram dan ditanam bibit. Dari tanam, sampai panen membutuhkan waktu kurang lebih 70 hari,” jelasnya.

Pemupukan biasa dilakukan saat awal penanaman, dengan menggunakan pupuk jenis TSP. Pemupukan dilakukan dua hingga tiga kali, dan dihentikan setelah tanaman tembakau berumur satu bulan setelah tanam. Sedangkan penyiraman biasa dilakukan setiap satu hingga dua minggu sekali, memanfaatkan air dari sumur bor yang diangkat dengan pompa mesin disel.

“Khusus tanaman tembakau tidak disemprot dengan pestisida. Untuk menghilangkan hama seperti ulat biasa dilakukan dengan cara dipilah langsung secara manual dengan menggunakan tangan. Ini agar daun tembakau yang dihasilkan bagus,” ungkapnya.

Saat panen, petani biasanya mengolah daun tembakau secara mandiri. Mulai dari menjemur hingga merajang. Penjualan tembakau ke pabrik biasa dilakukan dalam bentuk kering. Jika sedang bagus, harga jual tembakau dari kawasan Bantul bisa mencapai Rp30 ribu hingga Rp40 ribu per-kilogram. Sementara jika sedang jatuh, harga tembakau hanya berkisar Rp20 ribu hingga Rp30 ribu.

“Yang penting jangan sampai turun hujan, dan terjadi banjir. Karena jika sering hujan, harga tembaku bisa langsung jatuh. Bahkan petani bisa gagal panen, jika lahan sampai tergenang. Akhirnya petani harus menangis merugi karena sudah habis modal banyak sampai Rp1 juta lebih,” pungkasnya.

Sumber: Cendananews

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.