THINKWAY.ID – Kehidupan acapkali menuntut kita untuk memilih di antara dua pilihan yang sulit. Mau belok ke kiri atau kanan, mau memilih hitam atau putih, memilih untuk berbuat baik atau menjadi jahat. Meski orang bijak menyebut bahwa hidup penuh dengan warna namun tetap saja pilihan-pilihan itu membingungkan kita di persimpangan jalan. Termasuk dengan satu pilihan yang sering Anda temua, pilih kopi atau teh?
Indonesia merupakan negara yang unik karena masyarakatnya terpolarisasi oleh banyak hal. Jangan kira bahwa masyarakat di tanah air terpecah belah karena dua kubu politik yang berbeda. Bukan sama sekali karena itu, tetapi memang banyak hal yang membuat masyarakat di sini memiliki pilihannya masing-masing. Pasti anda masih ingat betul perdebatan paling dahsyat tentang bubur diaduk atau tidak diaduk.
Pertarungan kopi vs teh tampaknya akan menjadi bab selanjutnya dari polarisasi di masyarakat. Sebenarnya perbedaan pilihan ini sudah lama terjadi, tetapi sejak para fasis kopi bermunculan kemudian terbentuklah kelompok masyarakat pemuja teh sebagai minuman favorit. Hayooo, kalian sadar atau tidak?
Fasis kopi adalah julukan bagi mereka yang secara sederhananya tidak meminum kopi sachet karena banyak alasan. Bagi mereka meminum kopi yang dengan cara yang original; bijinya dimasak, digiling langsung, diseduh dengan cara yang (bagi saya pribadi) lumayan ribet dan berbeda. Dihirup aromanya terlebih dahulu lalu disruput perlahan-lahan, ohya diseduh tanpa gula!
Namun, syarat sah menjadi fasis kopi adalah kamu harus membenci sedemikian rupa kopi-kopi sachet yang biasa Anda jumpai. Ini yang menjadi perbedaan dengan pecinta kopi lainnya. Namanya juga fasis pasti kecintaannya terhadap sesuatu membutakan hal-hal yang berbeda di luar dirinya. Siapapun yang meminum kopi dengan cara yang bukan seperti diutarakan di atas adalah musuh bagi fasis kopi.
Nah, bagaimana dengan teh? Sebenarnya belum terlihat kelompok garis militan pecinta tah atau barangkali agar mereka tidak dibenci oleh masyarakat maka mereka memilih untuk melebur dengan penikmat teh pada umumnya. Walau sebenarnya proses pembuatan teh yang enak juga agak-agak ribet dan unik sama seperti kopi. Kemiripan di antara keduanya adalah lebih enak diminum tanpa gula.
Kedai-kedai yang menyajikan teh secara khusus memang belum banyak. Ada beberapa salah satunya yang paling legendaris yaitu Pantjoran Tea House di Kawasan Glodok Jakarta. Tapi rasa-rasanya pecinta teh garis militan tak berkumpul di sana lalu membentangkan banner atau segala macam. Sepertinya mereka memang membaur pada peminum teh pada umumnya.
Akan tetapi bukan berarti pencinta teh garis keras lebih baik ketimbang fasis kopi. Ini hanya soal tabiat fanatiknya saja yang belum tumbuh. Kalau seandainya industri alternatif teh semakin tumbuh, bukan tak mungkin cult-cult baru pemuja teh bermunculan. Bisa saja mereka juga menganggap bahwa teh celup yang anda-anda minum itu bukan bagian dari teh iya kan?
Dari dua kasus tersebut sebenarnya yang semakin meruncingkan sebuah pertanyaan yang acapkali anda dengar: pilih kopi atau teh? Dua kasus tersebut pula yang membuat pertanyaan tersebut semakin tajam dan terasa berbau ideologis untuk didengar serta dijawab. Seolah-olah bahwa jika anda memilih salah satunya maka anda sudah pasti membenci pilihan yang tak anda pilih. Menyebalkan bukan?
Padahal sebenarnya tawaran untuk memilih kopi atau teh tidak semenyeramkan itu. Jika anda berkunjung ke rumah seseorang, pertanyaan itu sudah lumrah untuk ditanyakan. Bahkan dua pilihan itu dianggap jadi cara melayani tamu yang paling terbaik saat masuk ke rumah. Sangat aneh dan lucu jika anda tiba-tiba ditawari mau aset berharga yang mana, tabungan di bank atau emas? wkwkwk
Mari kita bergeser pada fenomena lainnya yang umum terjadi di masyarakat. Sudah sangat lumrah ketika ada hajatan baik itu nikahan, lelayu, kerja bakti, ronda, pasti disuguhi dengan kopi atau teh. Biasanya, kopi akan disajikan dalam satu teko aluminium sedangkan teh dalam teko plastik. Dua-duanya dalam porsi yang besar namun perbedannya adalah anda bisa melihat serpihan daun-daun teh di teko besar plastik yang disuguhkan. Iya kan?
Nah suguhan ini sebenarnya seolah-olah menjadi diksi lain dari pertanyaan ‘pilih teh atau kopi?’ namun dengan solusi langsung diberikan. Kalau begini kan pertanyaan itu justru sangat ramah dan terdengar baik bukan? Jika anda suka teh ya silahkan langsung menuangkan teh di gelas-gelas beling kosong yang disediakan, begitu juga sebaliknya.
Satu hal yang pasti adalah baik teh atau kopi sama-sama nikmat dinikmati sebagai teman merokok. Baik teh dan kopi sama-sama nikmat jika diminum secara hangat atau dingin pakai es sekalian. Teh dan kopi juga sudah menjadi budaya bagi masyarakat Indonesia dan juga sudah bertahun-tahun lamanya ditanam dan diproduksi di nusantara.