THINKWAY.ID – Menjelang musim tanam tembakau, banyak cara yang dilakukan petani tembakau untuk memaksimalkan hasil panen. Mulai dari merawat tanaman hingga memanjatkan doa kepada yang kuasa untuk mendapatkan hasil yang melimpah dan kualitas daun yang baik. Jika di Temanggung kita mengenal tradisi sebelum panen dengan sebutan wiwit tembakau, sama halnya dengan petani tembakau di Boyolali yang kerap menggunakan tradisi ritual dengan sebutan tungguk tembakau sebelum panen.
Tungguk tembakau merupakan ritual petik pertama menandai musim panen tembakau sekaligus wujud syukur petani atas hasil panen salah satunya di Desa Seden, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah. Biasanya ratusan orang didampingi perangkat desa mengikuti ritual malam tungguk tembakau sebelum puncak ritual pada esok harinya.
Dikutip dari laman Solopos.com, ritual malam tungguk tembakau akan dipimpin oleh sesepuh desa. Tepat pada pukul 20.15 WIB, kepala desa akan menyerahkan sesaji kepada sesepuh desa sebagai tanda dimulainya ritual tahunan ini. Sesaji tersebut kemudian diserahkan sebagai tanda pembukaan acara. Salah satu lokasi diadakannya ritual adalah di depan makam Gunungsari yang diyakini warga Desa Senden sebagai tempat sakral.
Kepala Desa Senden, Sularsih mengungkapkan tradisi ini mewakili harapan besar warga dalam merayakan panen tembakau yang tak luput dari rasa syukur, dari awal hingga akhir acara panen para petani memanjatkan doa untuk diberikan kesehatan, keselamatan. “Serta tidak menemui halangan apapun saat panen tiba,” harapnya.
Adapun isi dari sesaji yang diperlihatkan dalam ritual tungguk tembakau berupa kemenyan dan bunga-bunga mawar. Selain itu, juga gunungan tumpeng, yakni tumpeng besar diselimuti tembakau dan tumpeng kecil berupa nasi dilengkapi lauk pauknya. Tumpang yang ada nantinya akan dikirap oleh warga setempat pada malam puncak tradisi tahunan ini.
Setelah penyerahan sesaji, para sesepuh, empat tokoh masyarakat akan masuk ke dalam rumah makam. Selama sekira 15 menit mereka akan mendoakan tokoh leluhur yang dihormati oleh masyarakat setempat yakni Alm. Syeikh Kerto Muhammad. Acara kemudian dilanjutkan dengan doa dan selawat bersama peserta yang hadir di halaman makam Gunungsari. Seusai melantunkan selawat dan memanjatkan doa. Acara dilanjutkan dengan pembagian nasi kotak kepada seluruh peserta yang hadir.
Masyarakat kemudian makan bersama di dalam rumah makam dengan iringan gamelan karawitan. Kepala Bidang Kebudayaan Boyolali, Darmanto mengatakan dengan hasil panen yang meningkat diharapkan bisa memberikan berkah utamanya kesehatan bagi masyarakat di Desa Senden serta warga Kecamatan Selo. Darmanto juga ke depannya, ritual Tungguk Tembakau bisa dilaksanakan tak hanya di Desa Senden.
“Mudah-mudahan ritual Tungguk Tembakau yang mendatang bukan hanya event di Desa Senden. Tapi menjadi event di tingkat kecamatan,” kata Darmanto.
“Jadi semua masyarakat di Kecamatan Selo akan tahu bahwa ada ritual Tungguk Tembakau, ada seremonial tungguk tembakau, dan bahkan akan meluas ke seluruh wilayah penghasil tembakau di Kabupaten Boyolali,” pungkas Darmanto.