THINKWAY.ID – Hampir setiap tanggal cantik, misalnya 10-10 (10 Oktober), 11-11, dan 12-12, dimanfaatkan sebagai momen flash sale belanja online di situs atau aplikasi e-commerce. Strategi penjualan ini dinormalisasi, karena pelaku e-commerce terbukti meraih banyak keuntungan. Pun juga dengan para pembelinya.
Indonesia mengenal Harbolnas alias Hari Belanja Online Nasional setiap 12-12. Pelaku e-commerce Indonesia mengadopsi Harbolnas versi asli asal negeri Tiongkok. Sejarahnya cukup unik. Tiongkok punya peringatan unik saban tahun, yakni Single’s Day atau harinya para kaum lajang. Single’s Day ini jatuh setiap 11 November, populer dengan sebutan 11.11.
Awalnya, Single’s Day dirayakan oleh mahasiswa-mahasiswa Universitas Nanjing, dengan mengadakan parade belanja online massal dan terbesar. Peluang ini dimanfaatkan oleh Alibaba dengan menggelar Harbolnas untuk kaum lajang, debut kali pertama pada 11 November 2009.
Kini pada tanggal-tanggal cantik lain, flash sale digelar oleh e-commerce nasional. Pada prakteknya, flash sale juga diadopsi dalam sistem belanja harian. Prinsipnya sama, pembeli diberikan peluang belanja barang diskon dalam jangka waktu tetentu.
Tips Mengendalikan Hasrat Belanja
Sebenarnya flash sale lebih kepada permainan psikologis pembeli yang dimanfaatkan oleh penjual. Potensi belanja kalap tentu saja ada, kalau kita tak mengontrol hasrat belanja kita dengan baik. Berikut lima trik yang bisa dilakukan agar tak kalap saat belanja flash sale:
1. Tentukan Skala Kebutuhan
Beragamnya pilihan barang yang kita inginkan di e-commerce, kadang membuat kita kalap untuk checkout buru-buru. Menentukan skala kebutuhan barang menjadi penting, karena ini akan membantu pembeli untuk mengontrol keuangan. Mungkin bisa ditambah dengan target belanja barang dalam jangka waktu tertentu, misalnya bulan sekarang barang A, bulan berikutnya barang B, dan seterusnya.
2. Lokalisasi Barang Keinginan di Wishlist atau Keranjang Belanja
Wishlist alias daftar keinginan, dan keranjang pada e-commerce didesain sedemikian rupa agar pembeli melakukan tinjauan ulang barang yang akan dibeli, sekaligus memikirkan ulang apakah barang tersebut mau dibeli atau tidak. Melokalilasi barang keinginan juga hal penting, karena kita punya kesempatan untuk memikirkan barang yang akan dibeli, apakah memang dibutuhkan atau tidak. Apakah barang tersebut masuk dalam kategori primer, sekunder, atau tersier.
3. Menahan untuk Tidak Mengisi Dompet Online Banyak-Banyak
Dompet online yang terisi penuh, cenderung mendorong pembeli online untuk menghabiskan uang virtual tersebut. Walaupun masing-masing kontrol ada di tangan pembeli, tapi dorongan psikologis tesebut tetaplah ada. Ini sebabnya, sebaiknya dompet online kita disarankan tak perlu diisi terlampau penuh. Isi sekadarnya, untuk back up kebutuhan mendadak, seperti pulsa, atau kuota data intenet untuk gawai.
4. Bandingkan Harga Sebelum dan Sesudah Diskon
Kalau sebuah barang yang tersedia di e-commerce memang kita butuhkan, disarankan tetap melakukan cek harga ulang terhadap barang tersebut. Apakah barang tersebut memang benar-benar dikenakan diskon, apakah diskonnya sepadan, serta apakah diskonnya aktual, alias bukan menipu pembeli dengan cara menaikkan mendadak barang yang dijual, mencoret label harganya, lalu dilabeli dengan harga baru.
5. Jeli Memanfaatkan Promo
Memanfaatkan promo adalah hal paling lazim yang dilakukan oleh pelanggan belanja online. Walaupun butuh waktu dan kebiasaan unuk memahamahi dan menghapalkan pola pengelola e-commerce saat menawarkan promo, tapi ini merupakan fitur untuk pembeli, yang seringkali memberikan manfaat nyata. Dengan memanfaatkan promo seperti penggunaan poin, fitur cashback, dan gratis ongkir, maka biaya tambahan selain harga barang bisa ditekan.