Dinas Perkebunan Jawa Barat mengklaim tidak akan meninggalkan tembakau. Sebab bahan untuk rokok ini sudah masuk dalam komoditas strategis selain kopi, teh dan cengkih.
“Dari 8 komoditas strategis kami, tembakau tidak ditinggalkan. Justru masuk dalam komoditas strategis hanya pelaksanaannya kita urus bersama-sama,” kata Kabid Pengolahan Pemasaran Usaha Perkebunan Yeyep Sudrajat, dalam sebuah diskusi di Bandung, baru-baru ini.
Mengenai daerah penghasil tembakau di Jabar, pertama Garut yang memiliki perkebunan tembakau paling luas, diikuti Semudang, Bandung, Majalengka. Namun setahun belakangan, produksi tertinggi ditempati Pangandaran, diikuti Kuningan.
Yeyep menyebut, total luas perkebunan tembakau di Jabar mencapai 38 ribu hektar. Ia berharap, potensi tembakau di Jabar khususnya mendapat dukungan dari pemerintah pusat.
Namun dukungan itu perlu didorong bersama-sama dengan berbagai pihak yang berkepentingan, mulai petani sampai organisasi yang mewadahinya.
Yeyep menuturkan, petani tembakau rata-rata sudah lama hidup dari tembakau yang ditanamnya. Mereka tidak mungkin disuruh mengganti komoditas pertanian.
“Saya ke petani tembakau ngomong dengan mereka bahwa mereka tidak bisa tanam komoditas lain. Mereka nanam tembakau dari nenek moyang, dan akhirnya kami di bidang ini. Kalau mereka ganti komoditas lain lalu gagal, apakah mau ganti kerugian mereka, mereka akan terus lanjutkan budaya leluhur,” tutur Yeyep.
“Jadi mereka ahli di bidang pertembakauan,” tambahnya.
Ia juga menuturkan, masyarakat yang terlibat di bidang tembakau di Jabar jumlahnya sangat banyak. Dengan hasil dari tembakau, masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka sampai perguruan tinggi.
Ia pun menegaskan bahwa tembakau tidak hanya terkait dengan rokok. Tembakau dimanfaatkan sebagai bahan kesehatan seperti obat sampai pemberantasan hama tanaman.
“Kami di balai Disbun kembangkan untuk beberapa hama tanaman diberantas dengan tembakau,” katanya. [Iman]