Bagi masyarakat Dusun Banaran, Desa Pelem, Kecamatan Pringkuku, Kabupaten Pacitan, tanaman tembakau dapat menjadi sumber penghasilan yang bisa diharapkan.
Suparni, warga Dusun Banaran ditemui saat proses pengepakan tembakau kering untuk dibawa ke perusahaan yang menampung panen di Ponorogo mengaku menanam tembakau lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan menanam palawija atau tanaman lainnya. “Apalagi pada saat musim kemarau seperti ini,” ujarnya.
Suparni juga menuturkan dari hampir satu hektare lahan yang ia tanam rata-rata bisa memperoleh hasil Rp30 juta. “Itu jika melihat hasil tahun kemarin, insya Allah tahun ini lebih baik,” jelasnya.
Saat ini, dari lahan yang ia miliki baru separuh yang selesai dipanen dan telah menghasilkan delapan bal tembakau rajang dengan setiap bal-nya kurang lebih 40 kg. “Kalau melihat hasil panen sementara, seharusnya tahun ini lebih baik. Semoga harganya juga bagus,” ucap Parni berharap.
Sementara Katimun salah seorang pengurus Kelompok Tani Sri Rejeki 5 tempat bernaung para petani tembaku di Dusun Banaran menuturkan bahwa kelompok tani tersebut sudah delapan tahun bekerja sama dengan pihak swasta untuk pengelolaan tanaman temakau di wilayahnya.
Pemerintah, menurutnya, juga turut serta melakukan pendampingan terhadap petani. “Kerja sama dengan PT Sadhana dari Ponorogo. Kami dibantu bibit, pupuk dan lainnya. Sementara dari pemerintah kami juga dibantu mesin pompa air, alat perajang dan masih banyak lagi,” aku Katimun.
Katimun menambahkan, tembakau bukan merupakan tanaman baru bagi masyarakat di wilayahnya. Sejak zaman dahulu masyarakat Banaran sudah biasa menanam tembakau, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun dijual di pasar, jenisnya juga macam-macam.
“Namun semenjak bekerja sama dengan PT, tembakau yang kami tanam jenisnya tembakau virginia dan mereka juga siap menerima hasil panenan,” jelasnya sambil terus sibuk bersama petani lain melakukan pengepakan.
Menurut Katimun, penanaman tembakau selalu dikerjakan secara gotong royong. Mulai dari pengairan, pengepakan hingga pada saat proses penjualan ke Ponorogo. “Seperti saat ini, pengepakan kita lakukan bersama-sama dan bergantian. Nanti setelah di tempat Pak Parni selesai kita pindah ke rumah pak Sugito,” katanya.
Salah seorang petani tembakau yang lain Sugito menjelaskan bahwa semenjak ia beralih ke tanaman tembakau ia mengaku lebih santai dalam bercocok tanam. Ia menjelaskan saat kemarau, tanaman tembakau lebih mudah.
“Istri dan anak bisa merajang tembakau dan menjemurnya, sementara saya merukun dan memanen di sawah,” ucap Sugito seraya tersenyum. “Selain itu tanaman tembakau khan tidak harus dipanen sekaligus karena menanamnya juga tidak harus bersamaan,” sambung Gito lagi.
Meskipun tahun ini panen tembakau termasuk berhasil, namun Sugito dan teman-temannya juga pernah mengalami kerugian. Walaupun tidak terlalu besar karena perusahaan juga ikut menanggungnya namun tetap saja ia dan anggota kelompok di Sri Rejeki harus gigit jari. “Seperti tahun 2017 kemarin, saat banjir dimana-mana. Hujan tetap turun pada saat kemarau. Kami rugi,” sahut Sugito.***
Sumber: HaloPacitan