Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Klaten memandang tanaman tembakau sebagai komoditas unggulan. Ditambah menanam tembakau sudah menjadi budaya warga Klaten yang memiliki nilai ekonomi sehingga diharapkan ada keberpihakan pada petani tembakau.
“Mengapa tanaman tembakau termasuk komoditas unggulan? Mengingat tembakau memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Apalagi struktur tanah di Klaten cocok sehingga menjadi tanaman paling mudah untuk dibudidayakan,” jelas Ketua DPC APTI Klaten, Sunarto, baru-baru ini.
Sunarto mengungkapkan, setiap kali petani menanam tembakau pada musim kemarau akan mendatangkan keuntungan. Mengingat tanaman tembakau untuk serapan airnya cukup rendah. Jika terjadi cuaca yang tidak menentu akan menjadi kendala tersendiri bagi petani tembakau.
“Keistimewaan tanaman tembakau itu bibitnya sama tetapi kita ditanam pada lahan dengan lokasi yang berbeda akan memiliki tekstur yang berbeda pula. Kalau di Klaten ada dua jenis tanaman tembakau yang ditanam para petani yakni asepan dan rajangan. Kebetulan saya petani tembakau rajangan seperti yang ada sekitar Kecamatan Prambanan dan Manisrenggo,” tambahnya.
Sunarto mengungkapkan, jika cuaca normal maka petani akan menanam tembakau pada kisaran Juni. Dalam waktu beberapa bulan kedepan ketika sampai dipanen untuk proses pengelolaannya bisa mencipatkan padat karya. Bahkan melibatkan ratusan orang sebagai perajang tanaman tembakau.
Melalui APTI Klaten, Sunarto memiliki visi kedepan untuk meningkatkan kesejahteraan para petani tembakau. Tentunya melalui pendampingan terhadap para petani dan pedagang guna meningkatkan daya saing di dalam bisnis tembakau. Saat ini ada sekitar 4.000 orang yang aktif di APTI Klaten.
Sunarto menegaskan, pengenaan cukai pada hasil tembakau yang diberlakukan tidak memberatkan karena dirinya mengibaratkan sebagai pajak. Tetapi dirinya mengharapkan ada keputusan berimbang di tengah penerapan cukai rokok. Terutama hak dari para petani tembakau terpenuhi setelah patuh terhadap kewajibannya terutama dalam meningkatkan kesejahteraannya.(sumber: Radar Solo)