THINKWAY.ID – Kisah para petani tembakau di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah tengah berbunga-bunga berkat datangnya El Nino, sebuah fenomena alam yang sedang melanda hampir seluruh penjuru Indonesia. Kini, mereka tengah merasakan manisnya hasil panen yang telah dimulai dan diperkirakan akan mencapai puncaknya antara akhir Agustus hingga Oktober 2023.
El Nino, yang merupakan gejala alam yang berdampak pada menurunnya curah hujan dan bahkan bisa mengakibatkan kekeringan parah, nampaknya membawa berkah bagi para petani tembakau. Sementara tanaman pangan menderita akibat kelangkaan air, hal tersebut tidak berlaku bagi tanaman tembakau.
Situasi ini sangat terasa bagi petani tembakau di Desa Karangmulyo, Kecamatan Purwodadi, Purworejo. Bagi mereka, musim kemarau yang berkepanjangan sebenarnya membawa keuntungan tersendiri karena hasil panen daun tembakau yang mereka tanam menjadi lebih berlimpah.
“Tanaman tembakau sebenarnya tidak terlalu banyak mengandalkan air. Malah, terlalu banyak air bisa membunuh tanaman ini. Oleh karena itu, musim kemarau adalah waktu yang tepat untuk menanam tembakau. Kami merasa beruntung karena musim kemarau datang lebih awal dan sepertinya akan berlangsung lebih lama tahun ini. Bagi kami, ini adalah berkah,” ujar Supriyanto, salah satu petani tembakau dari Desa Karangmulyo.
Supriyanto berharap bahwa hasil panen tembakau tahun ini dapat mencapai hasil yang lebih maksimal, terutama mengingat musim kemarau diperkirakan akan berlangsung lebih lama daripada tahun sebelumnya.
Pandangan serupa juga diutarakan oleh Tuviantoro, Sekretaris Desa Karangmulyo. Ia menjelaskan bahwa di desa tersebut terdapat 10 hektar lahan tembakau yang produktif setiap kali musim kemarau tiba. Bukan hanya menanam tanaman itu sendiri, banyak petani di desa ini juga terlibat dalam usaha pembibitan tembakau.
“Sehingga, selain mendapatkan hasil panen daun tembakau, para petani juga dapat menghasilkan pendapatan dari penjualan bibit dan produk tembakau kering. Tahun ini, hasilnya cukup memuaskan, baik dari segi benih maupun daun tembakau yang nantinya diolah menjadi tembakau kering,” jelas Tuviantoro.
Ia juga mengungkapkan bahwa petani di Desa Karangmulyo telah lama mengembangkan jenis tembakau kenango, yang memiliki daun tebal dan lebar serta kandungan nikotin yang lebih tinggi daripada jenis tembakau lainnya.
“Bahkan, bibit tembakau dari Karangmulyo menjadi pilihan utama bagi petani di banyak kecamatan. Sebagian besar bibit yang ditanam di kecamatan-kecamatan lain berasal dari sini. Jadi, Karangmulyo adalah tempat yang dikenal dalam hal pembibitan tembakau,” tambahnya.
Dalam proses penanaman, petani di Karangmulyo memanfaatkan ladang di sepanjang Sungai Bogowonto. Selain memudahkan penyiraman, lahan di sekitar sungai ini juga lebih subur, sehingga menghasilkan daun tembakau kering yang berkualitas.
Arie Sulistyani, Kepala Bidang Prasarana dan Penyuluhan Pertanian, Dinas Tanaman Pangan dan Pertanian Purworejo, menjelaskan bahwa saat ini sudah ada enam kecamatan yang secara rutin menghasilkan tembakau kering setiap tahun. Keenam kecamatan tersebut adalah Purwodadi, Purworejo, Bagelen, Kutoarjo, Kemiri, dan Grabag. Selain itu, ada dua kecamatan lain, yaitu Kaligesing dan Bruno, yang sedang mencoba mengembangkan tanaman tembakau.
“Tembakau memang dapat tumbuh baik pada lahan yang tidak membutuhkan banyak air. Oleh karena itu, penanaman dilakukan saat musim kemarau tiba,” pungkasnya.