Pameran Radio Antik mengajak kita diajak napak tilas ke masa kejayaan radio sebagai teknologi canggih di masa lalu. Dalam pameran yang digelar di Museum Kota Bandung, Jalan Aceh, juga dipamerkan radio milik Presiden pertama RI, Soekarno, dan Jenderal Besar Sudirman.
Di masa lalu, para pejuang memakai radio sebagai alat perjuangan. Teknologi yang digunakan sebagai media penyebar pesan lewat gelombang elektromagnetik ini misalnya dipakai Jenderal Besar Sudirman untuk mengetahui situasi politik sebelum membuat keputusan strategis demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Radio yang dipakai Bapak Tentara Indonesia itu bermerk PHILIPS dengan tipe X686X. Ia menggunakannya sekitar tahun 1940-an untuk memantau situasi tanah air. Radio tersebut kini tersimpan di Museum Sasmita Loka Yogyakarta.
Nah, warga Bandung yang ingin melihat tipe radio yang dipakai Jenderal Sudirman, masih bisa melihatnya di pameran Museum Kota Bandung. Di pameran ini ada radio dengan tipe yang sama yang dipakai Jenderal Sudirman.
Keunikan radio tersebut, jelasnya, bisa dijalankan dengan accu atau aki. Listrik dari aki masuk ke vibrator yang akan menaikkan voltase dari AC ke DC.
“Jadi bisa dibawa ke lapangan. Hanya saja tidak praktis karena ukurannya besar,” kata Kurator Pameran Radio Antik, Prayudi Wibowo ditemui di Museum Kota Bandung, Kamis (14/2/2019).
Pada pameran yang berlangsung di lantai dua museum yang baru diresmikan beberapa bulan lalu itu juga menampilkan ratusan radio antik lainnya yang mempunyai nilai historis tinggi.
Selain radio Jenderal Soedirman, ada juga radio Presiden RI pertama, Ir. Soekarno atau Bung Karno. Radio itu adalah merk PHILIPS dengan tipe BIN206U. Radio ini begitu istimewa karena merupakan produksi ke 100.000 pabrikan Philips di Indonesia khususnya Bandung tahun 1950.
Kala itu para petinggi pabrikan asal negeri kincir angin Belanda menyerahkannya langsung kepada sang presiden di Istana Negara. Hal itu dibuktikan dengan foto bersama antara para petinggi Philips dengan Bung Karno.
“Radio tersebut cukup historis dan fotonya sendiri milik teman saya di Belanda. Saya cukup intens dengan beliau. Sehingga dapat menemukan foto tersebut yang cukup jarang ada. Magnet bung Karno jadi suatu nilai tersendiri dalam pameran kali ini,” tutur Kurator Pameran Radio Antik, Prayudi Wibowo ditemui di Museum Kota Bandung, Kamis (14/2).
Keunikan radio tersebut, jelasnya, bisa dijalankan dengan accu atau aki. Listrik dari aki masuk ke vibrator yang akan menaikkan voltase dari AC ke DC.
“Jadi bisa dibawa ke lapangan. Hanya saja tidak praktis karena ukurannya besar,” sambung pria yang akrab disapa Paman Yudi itu.
Yudi bercerita, sekitar tahun 1948 Philips membangun pabrik perakitan radio di Bandung dan Surabaya. Sampai dengan tahun 1950 pabrikan tersebut berhasil memproduksi sampai 100.000 unit radio dalam berbagai jenis.
“Kebetulan yang ke-100.000 itu diproduksi di Bandung dan menjadi kebanggaan bagi mereka. Karena itulah mereka langsung menyerahkannya kepada Bung Karno,” kata Yudi.
Pameran tersebut digelar untuk menyambut Hari Radio Sedunia dengan penyelenggara Komunitas Radio Antik Bandung (KRAB). Pameran berlangsung 14-21 Februari 2019, dibuka dibuka Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana.
Menurut Yana, radio masih memiliki peran besar hingga saat ini mengingat fungsinya sebagai salah satu lini media masa yang turut menjadi corong informasi masyarakat.
Apalagi pada momentum hari radio sedunia yang diperingati setiap 13 Februari, pada 2019 ini organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan PBB, UNESCO mentapkan tema “Dialog, Toleransi dan Perdamaian”.
Yana meyakini sangat relevan dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Masyarakat sudah mulai berhadapan dengan percikan perbedaan pendapat menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) maupun Pemilu Legislatif (Pileg) 2019.
“Sangat berkorelasi karena kita kan mau mengadakan pesta demokrasi. Jadi mari kita ciptakan kedamaian, jangan ada perpecahan. Namanya juga pesta demokrasi, kalau pesta demokrasi rakyat harus ikut senang jangan menyusahkan,” kata Yana. [Iman]