THINKWAY.ID – Argentina dinobatkan menjadi juara Piala Dunia 2022 setelah menang tos-tosan adu penalti atas Prancis 4-2 di Stadion Lusail, Qatar, Minggu (18/12) setelah pada waktu normal dan babak extra time, ditahan imbang Prancis 3-3.
Raihan ini semakin lengkap dengan dinobatkannya Lionel Messi sebagai pemain terbaik, Emiliano Martinez meraih kiper terbaik, dan Enzo Fernandez sebagai pemain muda terbaik. Ini adalah hadiah Messi untuk Argentina, setelah berhasil menjuarai Copa Amerika 2021.
Berhasilnya Argentina sebagai Juara Piala Dunia tahun ini melengkapi karier Messi sebagai pemain sepakbola profesional, setelah berhasil menggondol trofi Ballon d’Or alias pemain terbaik dunia tujuh kali, terbanyak sepanjang massa. Padahal, Messi sempat mundur sebagai pemain tim nasional Argentina usai gagal menjuarai Coppa America 2016.
Untuk Tim Tango, julukan untuk timnas Argentina, ini merupakan ke-3 kalinya mereka menggondol trofi Piala Dunia edisi 1978 dan 1986, saat Maradona berjaya dalam masa karier emasnya di dunia sepak bola.
Lionel Messi vs Ronaldo: Rebutan Status GOAT
Bicara sosok Messi, tak bisa dilepaskan dari persaingannya yang ketat dengan Cristiano Ronaldo, Portugal. Sejak awal kemunculan keduanya di liga profesional sekira 15 tahun lalu, seolah-olah dunia dihadiahi ikon era baru sepakbola modern.
Messi sangat ikonik sebagai produk akademi Barcelona La Masia, dan Ronaldo menunjukkan kebintangannya saat bermain di Manchester United. Namun persaingan keduanya baru benar-benar ketat saat Ronaldo pindah ke Real Madrid tahun 2009. Sejak itu, laga El Clasico antara Barcelona vs Madrid seolah ajang untuk keduanya dalam mencetak rekor.
Sejak saat itu, Messi dan Ronaldo disebut-sebut layak menyandang GOAT (Greatest Of All Time), alias siapakah yang terhebat di antara keduanya. Fans dan media olah raga dunia, sibuk perang argumen dengan alasannya masing-masing, merujuk pada prestasi sepak bola antara Messi vs Ronaldo.
Dengan berhasilnya Argentina menggondol gelar Piala Dunia Tahun ini, maka seolah-olah hal itu mengakhiri perdebatan soal siapa yang lebih layak menyandang GOAT, yakni Lionel Messi. Lini masa sosial media masih diriuhkan silang pendapat soal hal ini, sejak Piala Dunia tahun ini resmi berakhir.
Prestasi Ronaldo sebenarnya juga mentereng, dengan raihan trofi Ballon d’Or 5 kali, 4 sepatu emas Eropa, 7 gelar liga, 5 gelar Liga Champions, dan satu Piala Eropa. Kekurangan Ronaldo hanya satu, ia belum pernah membawa Portugal meraih gelar Piala Dunia. Tahun ini, Portugal harus angkat koper lebih cepat setelah gagal melaju ke semifinal saat melawan Maroko.
Banyak yang menyebut kalau era Messi vs Ronaldo akan segera berakhir, terkait dengan usia mereka. Messi tahun ini menginjak usia 35, sedangkan Ronaldo 37. Keduanya diprediksi tak akan membela negaranya masing-masing di Piala Dunia 4 tahun mendatang, karena persaingan yang ketat dengan para pemain yang lebih muda.
Namun demikian, era Messi vs Ronaldo adalah era emas 2duaanak manusia “ajaib” yang menghiasi sepak bola modern. Gelar pesepakbola terbaik diboyong keduanya dalam 12 edisi berbeda. Sebuah rekor yang rasanya bakal sulit dipecahkan bahkan 1 dekade ke depan. Messi boleh lebih mentereng di jumlah raihan trofi, namun ikon sepak bola saat ini tak bisa disangah, masih disandang Ronaldo.
Rekam Jejak Lionel Messi
Messi sempat mengalami masa naik turun dalam karir sepak bola, khususnya saat membela Argentina. Messi seolah tak berheti mencetak rekor saat membela Barcelona, tapi mencatata kegagalan beruntun.
Messi gagal pada Piala Dunia 2006, saat itu langkah Argentina terhenti di babak 8 besar, setelah kalah melawan Jerman lewat drama adu penalti. Ia bahkan tak main sama sekali pada laga tersebut.
Pada Copa America 2007, Messi selalu dimainkan dalam enam laga hingga partai puncak. Tapi sayang, saat melawan Brasil di final, Messi dipecundangi tiga gol tanpa balas.
Hasil buruk terulang kembali saat Argentina dipulangkan Uruguay pada laga perempat final Copa Amerika 2011, padahal Arentina berlaku sebagai tuan rumah.
Piala Dunia 2014 lebih menyesakkan lagi. Messi bermain beringas, walaupun tak cukup konsisten. Argetina kalah dari Jerman pada laga final. Begitu juga saat Copa Amrica 2015. Lagi-lagi di final, Messi kalah dari Chile lewat adu penalti.
Pila Dunia 2018 dianggap jadi yang terburuk untuk Messi. Argentina terseok-seok di babak penyisihan, dan hancur di babak 16 besar melawan Prancis.
Copa America 2021 seolah jadi pertanda baik untuk Messi, karena Argentina berhasil ia bawa sebagai juara kompetisi tersebut saat mengalahkan Brasil dengan skor tipis 1-0.
Dengan berhasilnya Tim Tango menjuarai Piala Dunia tahun ini, maka Messi bisa lepas dari bayang-bayang Maradona. Seakan-akan, ia sudah sah ditasbihkan sebagai penerus Maradona. Ini karena, Messi mampu menyandingkan trofi Copa Amerika dan Piala Dunia.
Final Piala Dunia Qatar 2022 akan selalu diingat oleh para insan sepak bola dunia, sebagai salah satu final Piala Dunia yang memorable, karena sungguh dramatis. Sekaligus, sebagai saksi bahwa Messi bisa menyempurnakan kariernya dan membuat Maradona tersenyum dari tempat peristirahatannya yang abadi.