Musim hujan yang tengah berlangsung berdampak dengan panen tembakau petani di Subak Ageng Sukawati, Bali.
Mau tak mau, saat tahap pemotongan, petani harus sedikit repot untuk menjemur tembakau. Mereka mengamankan tembakau mereka ketika hujan, dan kembali mengeringkan bila cuaca terik.
Pekaseh Subak Ageng Sukawati I Made Sukaidep menyatakan, proses panen tembakau ini cukup panjang. Butuh waktu 105-112 hari atau sekitar 3 bulan untuk memperoleh hasilnya.
“Untuk siasati, kami pakai sistem tumpang sari sama cabai. Jadi, sambil menunggu tembakau, kami panen cabai dulu,” jelasnya.
Setelah proses pemetikan, tembakau harus disimpan selama 8-12 hari. Sukaidep mengaku punya tempat khusus menyimpan tembakau, agar tidak terkena sinar dan angin.
“Usai 12 hari, barulah masuk dalam tahap pemotongan tembakau,” jelasnya. Setelah tembakau tadi dipotong kecil-kecil, baru dilanjutkan proses menjemur maksimal 15 hari.
“Namanya cuaca. Kami tidak menyalahkan, ini musim hujan, tapi kami siasati,” jelasnya. Kata dia, saat dikeringkan di bawah matahari langsung, tembakau itu harus dijaga betul.
“Kalau sudah malam, atau hujan, disimpan kembali,” jelasnya. Apabila sudah kering betul, maka tembakau langsung dibungkus untuk selanjutnya diedarkan kepada pemesan.
Petani harus membungkus menjadi 16 bungkus untuk menjadi 1 kelongkong. “Kalau tanaman tembakau tumbuh dengan baik, dalam lahan per 30 are, bisa mendapat 10 atau 12 kelongkong,” jelasnya.
Dengan hasil itu, harga per kelongkong bisa mencapai Rp 4 juta. “Jadi untuk lahan per 30 are, kalau selamat petani bisa dapat Rp 40-48 juta,” jelasnya.
Selanjutnya, tembakau Sukawati itu didistribusikan ke seluruh kawasan Gianyar, bahkan sejumlah Kabupaten di Bali.
“Tembakau Sukawati itu biasa di jual hingga ke Tabanan bahkan Jembrana,” tukasnya. ***
Sumber: Radar Bali