Thinkway Logo

Musim Kemarau Melanda, Petani Tembakau Lombok Timur Tanam Tembakau Menggunakan Es Batu

THINKWAY.ID – Pertanian dan pekerbunan di Indonesia merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius dalam perubahan iklim. Kejadian iklim ekstream berupa banjir dan saat kemarau terjadi  kekeringan menyebabkan tanaman petani mengalami gagal panen.

Di Nusa Tenggara Barat (NTB) misalnya, saat memasuki musim kemarau, beberapa wilayah pekerbunan mengalami kesulitan air bersih. Salah satu yang terdampak adalah petani Selatan Lombok Timur.

Baca Juga:https://thinkway.id/menghadapi-musim-kemarau-ekstrem-petani-tembakau-di-indonesia-harus-siaga/

Setiap pagi, petani di Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur harus mencari cara bagaimana bercocok tanam saat musim kemarau. Petani yang menanam tembakau saat musim kemarau menggunakan es batu untuk bercocok tanam karena sulitnya mendapakan pasokan air.

Es batu digunakan hanya untuk penanaman awal. Selanjutnya petani akan membeli air dengan jumlah besar untuk menghidupi tembakau mereka. “Kita beli es batu untuk penanaman awal saja. Kalau setelah itu kita beli air biasa,” ujar seorang petani setempat, Buniamin, Selasa, 2 Juli 2024 dikutip dari viva.co.id.

Dia menjelaskan es batu menjadi alternatif menanam di tengah kondisi kekeringan saat ini. Itu diuntungkan dengan kondisi tanah di sana adalah tanah liat, sehingga resapan air melalui es batu cukup bagus.

Baca Juga: https://thinkway.id/kemarau-telah-tiba-saatnya-menanam-tembakau/

“Wilayah sini tanahnya banyak yang seperti tanah liat. Kalau pakai air langsung, akan tergenang. Jadinya pakai es batu agar resapannya bagus,” ujarnya. Buniamin menjelaskan, untuk penanaman per 10.000 bibit tembakau rata-rata menghabiskan 60 balok es batu berukuran besar. Itu tentu akan menguras kantong petani.

“Harga per baloknya itu Rp15.000. Itu hanya untuk penanaman awal saja,” ujarnya.Sedangkan untuk penggunaan air, petani rata-rata menghabiskan dua tanki air berukuran besar untuk menyirami 10.000 bibit tembakau per hari. Harga per tangkinya pun bervariasi dan cukup mahal. Mulai dari Rp125.000-Rp250.000, bergantung pada jarak tempuh. Hingga musim panen tiba, petani bisa menghabiskan 50 tanki air.

“Kalau sekarang setiap hari kami melakukan penyiraman. Penyiraman sekali saja tapi untuk 10 ribu tanaman tembakau itu membutuhkan dua tangki per hari,” ujarnya. Buniamin menjelaskan selama tiga bulan terakhir hujan tidak turun di sana. Kondisi kemarau dan kekurangan air berdampak terhadap pertumbuhan tembakau.

“Rata-rata tanaman tembakau di Desa Pemongkong ini terdampak. Mungkin sekitar 10 hektare lebih yang mengalami gagal tumbuh. Tembakaunya tidak mati, tapi layu karena terlalu panas,” ujarnya.

Lombok Timur Alami Kekeringan

Kepala Dinas Pertanian Lombok Timur, Sahri mengatakan, Lombok Timur saat ini sudah memasuki musim kemarau. Sehingga besar kemungkinan terjadi kekeringan. Akan tetapi pihaknya telah memetakan beberapa wilayah yang menjadi langganan kekeringan.

“Untuk mengatasi kekeringan ini kita berupaya untuk memanfaatkan penggunaan sumber-sumber air yang sudah ada. Tapi Pemanfaatan sumber air ini tentunya tidak dapat terpenuhi apabila kekeringan semakin meluas,” ujarnya.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.