Aris Sandi cukup hafal hama yang biasa menyerang tanaman tembakau di lahan perkebunan miliknya di Desa Jatiguwi, Sumberpucung, Kabupaten Malang. Ulat dan kutu kerap muncul di daun di awal masa tanam hingga jelang masa panen.
Meski sudah mengenal jenis serangan hama, tidak ada pedoman khusus bagi Aris Sandi untuk menanggulanginya. Sejak dulu, ia menangkal berbagai hama tanaman tembakau di lahan miliknya secara konvensional.
“Saya tidak begitu tahu detil nama hamanya, pokoknya ulat dan kutu. Paling berbahaya ya ulat itu,” kata Aris Sandi di Malang, Minggu, 12 Mei 2019.
Petani yang menanam tembakau di atas lahan seluas 1 hektar ini menggunakan cara tradisional menghadapi serangan ulat. Dengan menabur dedak di awal masa tanam. Demikian pula bila kutu mulai bermunculan di daun tembakau.
“Kalau kutu di daun ya diambil pakai tangan saja. Sejak dulu tidak pernah pakai obat,” ujarnya.
Meski hama yang muncul di tiap tahap pertumbuhan tanaman bisa berbeda, Aris Sandi menganggap jenisnya tetap sama. Pembedanya hanya pada ukuran besar atau kecil ulat di daun. Meski begitu, pola penanganannya pun selalu serupa.
“Ya semua dikerjakan secara manual, pakai cara lama. Tembakau kan mudah perawatannya,” tuturnya.
Penggunaan bahan kimia hanya saat pemupukan tanaman, menggunakan urea. Dengan cara itu, Aris Sandi mengklaim tidak berdampak pada produktivitas tanaman tembakau. Setidaknya dari 1 hektar lahan itu mampu menghasilkan 8 kuintal tembakau.
Sumber: Liputan6