Thinkway Logo
Kisah Masa Jaya Televisi Analog sebelum Migrasi ke Televisi Digital (Sumber Pexels on Pixabay)

Kisah Masa Jaya Televisi Analog sebelum Migrasi ke Televisi Digital

THINKWAY.ID – Televisi adalah salah satu benda yang sangat dekat dengan masyarakat Indonesia. Benda ini kini bisa ditemukan sampai pelosok tanah air, walaupun tak semua rumah tangga bisa memilikinya. Televisi adalah benda yang paling populer sebagai alat penyebar informasi dan hiburan yang efektif, karena sifat audio visualnya yang langsung bisa dinikmati sampai ke mata langsung konsumen, karena sifatnya sebagai barang wajib yang ada dalam sebuah rumah.

Setelah sekian lama menggunakan siaran analog, Indonesia menghentikan jalur ini sejak Rabu (2/11). Program ini disebut sebagai Analog Switch Off (ASO). Alasan migrasi ke siaran digital adalah, masyarakat diharapkan bisa mendapat kualitas gambar yang lebih jernih dan canggih. Siaran transmisi analog dianggap rentan gangguan, yang menyebabkan gambar di televisi ada “semutnya”.

Secara harfiah, kata televisi berasal dari gabungan dua kata, tele dari bahasa Yunani yang berarti jauh, dan visio dari bahasa Latin yang berarti penglihatan. Televisi merupakan salah satu penemuan yang dampaknya sangat mempengaruhi peradaban dunia dalam bidang telekomunikasi. Dampaknya bahkan disamakan dengan penemuan roda yang sangat mempengaruhi peradaban dunia dalam bidang transportasi.

Televisi mengalami perkembangan pesat sejak konsep awalnya ditemukan pada abad 18. Pada 1831, Joseph dan Michael Faraday menemukan dasar gelombang elektromagnetik. 1880, Alexander Graham Bell dan Thomas Edison menggagas teori bahwa selain suara, perangkat komunikasi juga bisa mengirimkan suatu gambar. Sejak itu, perkembangan televisi tak terbendung, sampai akhirnya yang dianggap menemukan televisi dalam bentuk utuh adalah John Mc. Graham dari Saththam. Dalam versi lain, pada 1926 John Logie Baird asal Skotlandia juga dianggap sebagai penemu televisi.

Umumnya, perkembangan televisi secara garis besar dibedakan menjadi dua jenis, yakni televisi analog dan juga televisi digital. Televisi analog adalah sebuah perangkat yang bisa mengkodekan sebuah informasi dalam bentuk gambar dengan variasi voltase dan frekuensi dari sebuah sinyal yang dikirimkan. TV analog biasanya memerlukan antenna sebagai penangkap sinyal. Sedangkan televisi digital adalah teknologi televisi yang menggunakan transmisi digital untuk menyiarkan audio-video. TV digital ditransmisikan sebagai bit data informasi, seperti data komputer pada CD dan DVD.

TVRI dan Kebijakan Iuran Televisi

Perkembangan televisi di Indonesia diawali saat Televisi Republik Indonesia (TVRI) mengudara secara publik untuk kali pertama pada 17 Agustus 1962, dalam program perayaan Hari Proklamasi Republik Indonesia ke-17 di Istana Negara. Diikuti kemudian pada 24 Agustus 1962, dalam program publik pertama penayangan upacara pembukaan Pesta Olahraga Asia (Asian Games) 1962. Stasiun televisi swasta pertama, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) muncul pada 1989, diikuti stasiun televisi swasta lainnya.

Satu hal yang sangat mencirikan TVRI pada masa itu adalah, adanya iuran televisi. Kebijakan ini mengatur setiap pemilik pesawat televisi wajib mendaftarkan perangkatnya, serta membayar iuran. Jika tidak membayar iuran sebesar Rp 300/bulan (tarif awal) tepat waktu, maka akan dikenakan denda 25%. Jika terus menunggak, maka televisi akan disita. Petugas khusus melakukan inspeksi ke rumah-rumah demi menarik iuran ini. terdapat semacam perangko sebagai penanda bayar. Aksi kucing-kucingan jadi cerita unik, karena ada saja warga yang tak patuh membayar iuran ini, dengan cara menyembunyikan televisi mereka saat petugas datang.

TVRI sempat mendominasi layar kaca, dengan fungsi utamanya sebagai corong pemerintah. Program yang sangat identik dengan TVRI adalah Dunia Dalam Berita, Siaran Khusus yang menayangkan kegiatan pemerintah, Film Akhir Pekan, dan Kelompencapir, sebuah pertemuan untuk petani dan nelayan berprestasi dari berbagai daerah, yang dicetuskan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. Kelompencapir merupakan akronim dari Kelompok Pendengar, Pembaca, dan Pemirsa.

Pemirsa TVRI kala itu juga akrab dengan program Si Unyil, Gemar Menggambar bersama Pak Tino Sidin, Serial Jepang Oshin, Aneka Ria Sadari, Album Minggu, Aku Cinta Indonesia (ACI), dan Kuis Berpacu dalam Melodi. Acara ini punya peran besar menandai budaya populer yang lekat dengan Indonesia.

Televisi dan Budaya Populer

Kemunculan televisi-televisi swasta di Indonesia juga turut membentuk dan mengembangkan unsur budaya populer yang sangat memorable. 1990-1992, muncul televisi-televisi swasta seperti Surya Citra Televisi (SCTV), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI), Indosiar, dan ANTV. Pada Oktober 1999, menyusul kemudian Trans TV, Metro TV, Global TV, Lativi, dan TV7. Stasiun-stasiun ini banyak meninggalkan program-program yang sangat identik dengan generasi 90-an dan 2000-an awal.

Tercatat program musik yang hingga dikenang. Selain TVRI dengan Aneka Ria Safari dan Album Minggu, Music Television (MTV) Indonesia dianggap sebagai salah satu periode perkembangan perjalanan musik Indonesia. MTV Indonesia banyak menampilkan video-video klip lokal. Banyak DJ, pembawa acara MTV yang dikenal luas karena kepiawaian mereka membawakan acara musik, seperti Nadya Hutagalung dan Sarah Sechan. MTV Indonesia saat itu “menumpang” di ANTV dan Global TV.

RCTI punya program unggulan Tralala Trilili dengan host Agnes Monica. Acara ini fokus pada segmen anak-anak. Lagu-lagu anak mencapai masa jaya pada acara ini. Kompetiror acara program ini adalah Ciluk Baa dengan host cilik Maissy. Jangan lupakan Asia Bagus, pencarian bakat musik negara-negara Asia dengan pembawa acara Najip Ali. Penyanyi Indonesia era 90-an banyak yang lahir dari Asia Bagus, di antaranya Krisdayanti, Rio Febrian, dan Yuni Shara.

Generasi 90-an dan 2000-an awal juga mengenang era marathon acara anak Minggu pagi, saat televisi swasta memberikan layanan penuh pada anak-anak dengan menampilkan program-program anak, kebanyakan acara kartun impor. Saat itu, setiap Minggu Pagi anak-anak merupakan saat-saat yang dinantikan, duduk manis di depan televisi. Serial anak-anak seperti One Piece, Dragon Ball, Chibi Maruko-chan, Hamtaro, Doraemon, Crayon Shinchan, Astro Boy, Inuyasha, Sailor Moon, dan Captain Tsubasa hingga kini masih ajdi topik obrolan yang menarik untuk generasi 90-an dan awal 2000-an yang mengalami saat acara-acara tersebut disiarkan tiap Minggu pagi oleh televisi-televisi swasta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.