Bagi warga asli Blora, nasi tumpeng dibalut daun jati sudah tidak asing lagi. Sebab itu merupakan salah satu kearifan lokal yang membumi dan tidak ditinggalkan sebagian warga Blora, Jawa Tengah, khususnya yang tinggal di pedesaan.
Daun jati digunakan sebagai alas dan penutup nasi serta aneka lauk (bumbu) yang ditata sedemikian apik menggunakan nyiru (tampah) bagi warga masyarakat yang punya hajat seperti pernikahan, melahirkan dan khitanan.
Tidak hanya itu, daun jati juga digunakan untuk bungkus nasi/lauk tumpeng yang dibagikan setelah dilaksanakan doa yang dipimpin oleh tokoh agama pada acara hajatan tertentu.
“Daun jati itu mudah diperoleh, baik di sekitar pekarangan yang ada pohon jati atau bisa pesan dari para penjual,” kata Slamet, warga Dusun Dumpul Desa Kamolan, Kecamatan Blora, belum lama ini.
Satu tumpeng dalam nyiru biasanya dikepung sejumlah warga yang secara spontan terbentuk seperti kelompok kecil hajatan (kenduri/kepungan).
Baru kemudian, setelah doa hajatan selesai, salah seorang dari kelompok kecil itu bertugas membagikan nasi/lauk tumpeng sesuai kesepakatan.
Sementara yang lainnya menyiapkan dua atau tiga lembar daun jati untuk membungkus jatah nasi/lauk yang akan diterima dari pembagi.
Bagi yang tidak bisa membungkus nasi/lauk menggunakan daun jati akan dibantu.
Tapi, harus rela menerima kenyataan, jika mendapat sindiran menggelitik dari kelompok kecil itu.
Sindiran itu, sejatinya hanya bercanda dan memotivasi supaya mau berlatih membungkus makanan dengan daun jati.
Dengan demikian, tradisi menggunakan daun jati sebagai bungkus, tetap dipertahankan dan turun-temurun diikuti dari generasi ke generasi.
“Selain mudah diperoleh, daun jati juga tidak mencemari lingkungan dibandingkan penggunaan bungkus atau wadah dari plastik,” ucap Sutikno, warga Dusun Dumpul lainnya usai mengikuti hajatan di rumah saudaranya.
Lain halnya yang disampaikan oleh Gandi, warga setempat. Menurut dia, sensasi brekat (nasi/bumbu) dari tumpeng hajatan yang dibungkus daun jati memiliki rasa gurih dan nikmat.
“Saya merasa ada kenikmatan makan nasi berkat yang dibungkus daun jati. Menjadi lebih gurih, mungkin karena aroma daun jati dan doa. Atau istilahnya, mambu donga (barokah doa),” kata dia. (Sumber: Dinkominfo Blora)