Perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan tembakau, PT Indonesian Tobacco Tbk berencana memperluas jangkauan bisnisnya di dua negara.
Direktur Utama Indonesian Tobacco Djonny Saksono mengungkapkan, rencana ekspansi merupakan bagian dari strategi bisnis perusahaan selain menggenjot pasar dalam negeri. PT Indonesian tobacco bakal melakukan kerjasama di China dan India. Dia mengatakan bahwa kerjasama tersebut masih dalam proses.
“Kita memang dengan China dan India kita sudah melakukan komunikasi. Yang jelas kita akan melakukan kerjasama di sana,” ujarnya, Kamis (12/6/2019).
Pihaknya tidak bisa membeberkan lebih detail tentang target bisnis yang akan didapat khususnya dengan China.
Djonny menegaskan, untuk India pihaknya melakukan kontrak kerjasama selama dua tahun. Dalam waktu dekat rencana tersebut bakal terealisasi. Meski tidak membeberkan tentang angka atau target penjualan dari kerjasama dengan India, tapi dia yakin kerjasama ini akan meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan.
“Kalau India kita melihat pasar disana sangat potensial. Rokok dan tembakau penetrasi pasarnya kita bisa dorong terus dengan berbagai promo,” tegasnya. “Yang India target awal untuk tahun depan tergantung pada partner kita di sana dan regulasi di sana juga berpengaruh,” imbuhnya.
Perseroan mengakui bahwa pasar produk tembakau masih jauh lebih baik di dalam negeri ketimbang luar negeri. Makanya berbagai strategi bisnis masih difokuskan di pasar domestik.
“Untuk domestik kita itu lebih besar daripada pasar ekspor. Kenapa karena domestik itu kita ketahui budayanya atau seleranya. Kita yang berperan langsung jadi lebih gampang kita garap,” akunya.
Strategi bisnis lainnya yang dilakukan perusahaan saat ini adalah mencatatkan sahamnya di papan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Perseroan menawarkan sebanyak-banyaknya 274,06 juta saham, atau 29,13 persen dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.
Djonny Saksono mengatakan bahwa perseroan menawarkan harga saham Rp 180 per saham hingga Rp 230 per saham dengan nilai nominal Rp 50 per saham. “Target perolehan dana dari IPO Rp 49,33 miliar hingga Rp 63,03 mliar,” tegasnya.
Lebih lanjut Ia menuturkan bila dana IPO akan digunakan perseroan untuk meningkatkan stok bahan baku perseroan di tahun ini. Pasalnya, perseroan berencana untuk memperluas pasarnya hingga ke India dan China.
“IPO untuk meningkatkan stok bahan baku, kerena pasar semakin luas, pasar makin luas stok harus tumbuh. Kita sudah ekspor ke Singapura, Malaysia dan Jepang. Ke depan ke India ada juga rencana ekspansi ke China, kerjasama dengan perusahaan disana. Jadi penting sekali siapkan bahan baku. Sebelum ekspansi kita mesti siapkan bahan baku. Kalau mesin masih cukup, bahan baku ini yang perlu,” jelasnya.
Dalam aksi ini, perseroan menunjuk PT Philip Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek. Dimana, masa penawaran awal (bookbuilding) sudah dilakukan pada 27 Mei 2019 hingga 31 Mei 2019 dengan perkiraan tanggal efektif tanggal 21 Juni 2019.
Kemudian perkiraan masa penawaran umum pada 25 Juni-1 Juli 2019 dan penjatahan 2 Juli 2019. Sehingga, tanggal listing di BEI diharapkan akan digelar pada 4 Juli 2019.***
Sumber: Rakyat Merdeka