Komunitas Kretek menilai keputusan pemerintah menaikkan cukai rokok sebanyak 23% adalah hal yang gila.
Bukan hanya tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi, tapi dalam kondisi daya beli masyarakat yang tidak bagus, menaikkan cukai setinggi ini adalah perbuatan menyengsarakan rakyat.
Apalagi dengan kenaikan cukai tersebut, harga rokok akan naik 35%. Hal ini tentu saja akan sangat memberatkan para perokok.
Ketua Komunitas Kretek Aditia Purnomo menilai, kenaikan harga rokok yang tidak masuk akal ini dalah bentuk baru penindasan rakyat oleh negara. Di saat rakyat kecil menggantungkan penghiburan sederhana atas tekanan kerja sehari-hari lewat rokok, negara justru mengambil penghiburan terjangkau milik rakyat ini.
Jika sudah begini, Aditia menegaskan, sepertinya negara memang tidak membolehkan rakyat kecil melepaskan penatnya.
“Selama ini rokok menjadi pelepas penat paling terjangkau bagi rakyat, dan dengan menaikkan cukai setinggi itu, negara telah merampas satu dari sedikit kesenangan yang bisa rakyat miliki,” ujarnya.
Menurut Aditia, perokok adalah pihak yang secara langsung terdampak oleh kenaikkan cukai. Karena, selama ini pungutan cukai itu dibebankan pada konsumen, sehingga perokok lah yang menanggung semua kenaikkan harga tersebut. Belum lagi, selain cukai, masih ada pungutan Pajak Rokok dan PPN yang harus ditanggung juga oleh konsumen.
“Bayangkan, dari 100% harga rokok, sekitar 70% dibayarkan untuk pemasukan negara dan daerah. Lalu perokok disebut hanya membuat pengusaha kaya, padahal yang paling banyak menikmati uang perokok adalah negara,” tegasnya.
Kini, setelah semua uang yang diberikan perokok, negara justru sama sekali tidak memperhatikan pandangan dan nasib perokok dalam kebijakan cukai. Kondisi dan daya beli konsumen sama sekali tidak menjadi hal yang dipertimbangkan oleh negara.
Dengan begini, sudah jelas jika negara memang hanya memandang perokok sebagai sapi perah penghasil uang belaka. Karena itulah, Komunitas Kretek menyerukan ajakan kepada semua perokok untuk tidak lagi membeli rokok dengan cukai mahal.
“Beli saja rokok yang murah, atau langsung beli tembakau rajangan di petani. Tidak perlu lagi memberi pemasukan besar pada negara jika perokok memang tidak pernah dianggap sebagai manusia oleh pemerintah,” serunya.
“Mari kita beli rokok murah saja, beli tembakau langsung dari petani, dan menikmati kretek lintingan sendiri. Biar saja negara merugi, yang penting kita tetap bisa merokok dan menjadikannya penghiburan paling terjangkau yang bisa kita dapatkan di negara ini,” tutupnya.***
Sumber: Akurat