THINKWAY.ID – Batik, salah satu kain asli Indonesia, kembali trending di sosial media tanah air. Pasalnya, seorang warganet Inggris memantik keriuhan dengan mengomentari sebuah foto beberapa kepala negara yang sedang berdiskusi non formal dalam forum KTT G20 di Bali. Kebetulan, mereka mengenakan pakaian bercorak batik.
Adalah Mahyar Tousi, pria asli Iran tapi kini pindah ke Inggris, yang mencuit foto tersebut di Twitter dengan caption “What on earth are these idiots wearing?!” (Aneh banget, apa sih yang dipakai para idiot ini?!)” pada Rabu (16/11).
Tak butuh waktu lama, warganet Indonesia ramai-ramai merujak akun Tousi lewat cuitan yang kebanyakan me-mention akun Twitter Tousi. Terpantau ribuan mention tertuju padanya, mulai dari cuitan paling edukatif, sampai kata-kata tak beradab seperti cacian.
Tousi yang menuliskan profil Instagramnya sebagai Youtuber Politik, akhirnya menghapus cuitan tersebut, walaupun jejak digitalnya masih berserak di sosial media Indonesia. Ia pun mencuitkan permohonan maaf, berbunyi: “Once again, I apologise for any unintentional offence caused by the tweet joking about G20 leaders wearing Indonesia’s traditional clothing. Those of us in Britain making a joke about Sunak & Trudeau wearing it did not have bad intentions and were unaware of the culture,” pada Kamis (17/11).
Jika diterjemahkan, berbunyi “Sekali lagi, saya mohon maaf atas penghinaan yang tidak disengaja yang disebabkan oleh tweet yang bercanda tentang pemimpin G20 yang mengenakan pakaian adat Indonesia. Kami di Inggris membuat lelucon tentang Sunak & Trudeau yang memakainya tidak memiliki niat buruk dan tidak mengetahui budayanya”.
Riwayat Pengklaiman Batik oleh Negara Lain
Batik Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai Intangible Cultural Heritage (ICH) atau Warisan Budaya Tak-benda. Hal ini menjadi nilai tawar yang kuat saat kain tradisional Indonesia tersebut misalnya, diklaim oleh negara lain. Pengakuan tersebut semakin kuat saat banyak event internasional yang diselenggarakan di Indonesia, batik dipakai sebagai busana yang mewakili budaya lokal tanah air.
Warganet Indonesia dikenal militan saat salah satu unsur budaya negeri ini mencoba disenggol oleh klaim negara lain. Malaysia pernah berniat mengklaim Batik sebagai budaya asli mereka. Pemerintah pun gercep, gerak cepat mendaftarkan batik ke UNESCO, pada 3 September 2008. Setahun berselang pada tepatnya 2 Oktober 2009, perjuangan berbuah, saat UNESCO kemudian mengesahkan batik menjadi warisan budaya Indonesia.
Malaysia berulah lagi, saat Miss World Malaysia 2021, Lavanya Sivaji mengklaim bahwa batik berasal dari Negeri Jiran. Ia pun diprotes karena pernyataannya tersebut, dan segera meminta maaf lewat pernyataan resmi.
Batik juga pernah mau diklaim oleh China. Juli 2020, media China Xinhua News, mengunggah video di Twitter dengan caption berbunyi “Batik adalah kerajinan tradisional yang umum di kalangan kelompok etnis di China.” Warganet Indonesia protes keras, karena klaim ini tak berdasar. Apalagi, mereka menggunakan kata “batik”, yang jelas-jelas merupakan istilah asli dari Jawa, Indonesia.
Selain batik, ada unsur kebudayaan Indonesia lain yang pernah diklaim oleh Malaysia, seperti tari Reog Ponorogo, tari Pendet dan tari Piring, Kuda Lumping, Lagu Rasa Sayange, makanan rendang, alat musik angklung, dan wayang kulit.
Klaim pada budaya Wayang Kulit pernah dilakukan oleh sebuah pabrikan merk besar apparel olahraga, Adidas Singapura pada 2021. Dalam sebuah artikel sneakers, Adidas Singapura menyatakan bahwa inspirasi Wayang Kulit yang ada di produk tersebut terinspirasi dari budaya Malaysia. Karena dihujat warganet Indonesia, Instagram story Singapura @adidassg mngunggah permintaan maaf resmi yang berbunyi, “Terima kasih sudah menegur kami. Sementara wayang kulit adalah bagian penting dalam warisan budaya Malaysia, kami seharusnya menyoroti itu (Wayang Kulit) asli dari Indonesia dalam unggahan kami.”