Ekonomi Jatim diperkirakan tetap tumbuh di atas ekonomi nasional di 2019, yang antara lain dipicu tidak naiknya tarif cukai industri hasil tembakau (IHT).
Kepala Divisi Advisory Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur, Taufik Saleh mengatakan Jawa Timur berkontribusi signifikan terhadap PDB Nasional dengan pangsa mencapai 14,85%. Sektor utama pendorong kinerja ekonomi Jawa Timur adalah industri pengolahan, perdagangan, dan pertanian dengan kontribusi industri utama yakni makanan dan minuman (mamin), tembakau, dan kimia.
“Karena itulah, pertumbuhan ekonomi Jatim tetap bisa lebih tinggi dari nasional di 2019 karena tembakau salah satu penyhumbang kinerja ekonomi di wilayah ini,” katanya pada Pelatihan Wartawan Ekonomi di Probolinggo, Rabu (30/1/2019).
Ekonomi Jatim pada truiwulan III/2018 tumbuh sebesar 5,40% (yoy), lebih tinggi dibandingkan nasional (5.17%, yoy), namun melambat dibandingkan triwulan II/2018 (5,59%, yoy).
Pencapaian ini juga lebih rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tiga tahun terakhir (5,57%).
Pertumbuhan ekonomi Jatim pada periode ini didorong oleh peningkatan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor luar luar negeri di sisi permintaan serta kinerja industri pengolahan di sisi sektoral. Peningkatan PMTB seiring masoih berlanjutnya pembangunan infrastruktur.
Ekspor tumbuh menguat didorong peningkatan ekspor komoditas perhiasan /permata serta lemak/minyak nabati. Peningkatan industri pengolahan terutama terjadi di industri kertas.
Akselerasi yang lebih tinggi tertahan oleh pe ningkatan impor luar negeri untuk memenuhi kebutuhan industri serta perlambatan kinerja sektor petanian dan sektor perdagangan akibat penurunan produksi tanaman panagan dan hortikultura serta kembali normalnya konsumsi rumah tangga pascaidul fitri.
Kinerja ekonomi Jatim pada triwulan III/2018 mencapai Rp403,7 triliun Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dan Rp569,4 triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB).
Menurut dia, ekspor Jatim berkontribusi cukup signifikan terhadap nasional (sekitar 11%) yang masih didominasi oleh komoditas industri pengolahan.
Berdasarkan komoditas ekspor utama, ekspor Jatim sangat terdiversifikasi dengan tiga komoditas utama, yakni emas perhiasan, tembaga, dan bijih besi. Sementara ekspor kooditas dengan tren pertumbuhan tinggi mencakup emas perhiasan, minyak goreng, dan alas kaki.
Kepala Perwakilan BI Jatim Difi A. Johansyah mengatakan ekonomi Jatim diproyeksikan bisa tumbuh lebih besar dengan didukung inflasi yang rendah.
Yang juga mendukung, ketersediaan infrastruktur yang baik sehingga pengangkutan barang bisa lebih efisien. Karena itulah, posisi Jatim sebagai pemasok pangan nasional perlu terus diperkuat, terutama dengan meningkatkan kinerja perdagangan antarpulau.
“Yang juga penting, komoditas pertanian di Jatim didorong juga mampu menembus pasar ekspor sehingga tidak hanya jago kandang di dalam negeri, melainkan bisa berbicara di tingkat internasional,” ucapnya. ***
Sumber: Bisnis