THINKWAY.ID – Topik inflasi masih hangat diperbincangkan. Bukan tanpa sebab, tapi kondisi riilnya memang terlihat dan bisa dirasakan. Tentu saja yang paling bisa kita rasakan sehari-hari adalah, naiknya harga-harga pokok yang diawali dari naiknya Bahan Bakar Minyak (BBM).
Badan Pusat Statistik (BPS) mendefinisikan inflasi sebagai kecenderungan naiknya harga barang dan jasa yang pada umumnya berlangsung secara terus menerus. Ini membuat nilai mata uang turun. Kalau itu tejadi dalam jangka waktu panjang, maka kemungkinan terjadi resesi. Inflasi tidak selalu berarti buruk. Karena prasyarat pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan adalah inflasi yang rendah dan stabil.
Walapun kondisi ekonomi sedang tak baik, tapi masyarakat Indonesia seringkali punya cara unik dalam menyikapi sebuah perkara. Ini dibarengi dengan statistik yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Hingga Mei 2022, inflasi tahunan Indonesia hanya 3,55%. Ini terlihat lebih anteng dibandingkan dengan negara-negara lain. Angka yang muncul tersebut jadi modal baik agar kita tidak reaksioner, sehingga bisa mengambil keputusan tanpa dilandasi kepanikan.
Inflasi Gaya Hidup
Satu hal yang mungkin dampaknya lebih terasa adalah inflasi gaya hidup pada kalangan muda, sebuah kondisi perubahan perilaku dan kebiasaan yang mengakibatkan pengeluaran terus meningkat, berbanding lurus dengan bertambahnya penghasilan. Umumnya, inflasi gaya hidup bersumber dari aspirasi untuk mendapatkan gaya hidup lebih premium. Istilah kekiniannya, panjat sosial.
Ini membuat kalangan muda, terutama yang tinggal di perkotaan dan pinggiran perkotaaan, berlomba-lomba untuk berburu hasrat kebendaan, nongkrong di kafe untuk dengan kopi kekinian atau kuliner hits, atau traveling dengan motif healing. Inflasi gaya hidup membuat kalangan muda jadi makin sulit untuk merespon inflasi.
Tetap Chill Menghadapi Inflasi
Tahun depan hampir tiba, barangkali kondisinya masih hampir sama. Terdapat beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk merespon situasi ini. Sehingga walaupun ekonomi sedang tak sehat, setidaknya kita tetap bisa chill alias santai menghadapinya.
Kunci pertama adalah tak panik. Walaupun agak asing, kalangan muda harus mulai mengulik soal literasi keuangan dan memahaminya. Ini jadi kunci agar kita punya punya opsi-opsi yang bisa dilakukan saat kondisi keuangan kurang sehat. Inti utama dari literasi keuangan adalah, kita diharapkan bisa merencanakan keuangan dengan baik.
Selanjutnya, perubahan pola pikir. Terkait dengan inflasi gaya hidup, maka diperlukan perubahan besar pada pola pikir. Skala prioritas mau tak mau harus diterapkan. Penuhi kebutuhan primer terlebih dahulu. Kebutuhan tambahan setidaknya ditunda, tentu saja dengan pola menabung yang lebih ketat.
Kalau punya tagihan semacam kartu kredit atau pinjaman online, sebisa mungkin sebaiknya ditutup. Setelah tertutup, dilanjutkan dengan menahan diri dengan soal hasrat berhutang. Setidaknya secara psikologis, seseorang akan aman terlebih dahulu. Ketenangan menjamin seseorang untuk mengambil keputusan dengan baik.
Upgrading skils juga bisa dilakukan untuk menambah peluang potensi penghasilan tambahan, baik itu lewat pekerjaan sampingan, atau usaha mandiri memutar uang. Kini banyak pelatihan digelar, baik daring atau tatap muka, dalam berbagai pilihan peningkatan kapasitas yang disesuaikan dengan minat seseorang.
Mulailah berkenalan dengan konsep preloved. Menjual barang preloved, artinya menjual barang yang telah digunakan atau dimiliki sebagai tangan kedua. Umumnya, barang preloved adalah barang bekas yang masih bagus dan layak pakai. Ini bisa jadi pos pennghasilan tambahan.
Jangan lupakan untuk membuka jejaring baru, agar kemungkinan untuk mendapatkan peluang penghasilan tambahan semakin besar. Ini yang sering luput dilakukan, karena kalangan muda kadang terlalu asyik dengan bidang tertentu yang sedang ia digeluti.
Terakhir, hal yang bisa dilakukan agar tetap chills adalah, self reward. Saat kita sudah melakukan beberapa langkah di atas, maka menghadiahi diri sendiri juga penting, dalam kadar yang bisa kita kontrol sendiri. Misalnya, setelah menahan diri untuk tak membeli barang idaman dalam jangka waktu tertentu, akhirnya barang tersebut terbeli dengan konsep self reward. Ini juga bisa diterapkan dalam hal lain, misalnya traveling saat kondisi keuangan sudah stabil, sebagai hadiah untuk diri sendiri.
Jadi Genks, sudah siap untuk tetap chill tahun depan?