Jawa Barat memiliki banyak ragam tanaman tembakau, mulai jenis biasa sampai kualitas ekspor. Tanaman tembakau di Jabar tersebar di Jabar tersebar di 17 kabupaten/kota, termasuk di Kota Bandung yang memiliki luasan 28 hektar.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Jabar Suryana mengatakan, Jabar merupakan wilayah yang unik untuk daerah penghasil tembakau. Di sini ada tembakau lazim dan tak lazim. Disebut tembakau lazim karena tanamannya terdapat di seluruh dunia yang ditanam pada bulan 5 dan 6.
Namun ada juga tembakau tak lazim yang ditanam khusus kemarau. Tembakau ini khusus masuk pabrikan dan jadi tembakau rajang.
Mengenai jumlah produksi, Suryana mengatakan data 2017 rata-rata 1,2-1,4 ton per hektarnya. Terdiri dari 8 Industri Hasil Tembakau (IHT) antara lain jenis mole yang hanya ada di Jabar dengan kiblatnya di Sumedang.
“Mole jabar ciri khas tersendiri. Terdiri dari 5 jenis, yaitu mole merah, kuning, hijau, kecoklatan dan putih,” beber Suryana yang memiliki anggota 246.000 kepala keluarga, dalam sebuah diskusi di Bandung, baru-baru ini.
Petani petani tembakau Sumedang tersebut menambahkan, tembakau yang tidak ada di Jabar hanya sedikit, yakni jenis serintil, ampenan, sukadana. “Yang lainnya ada, tembakau itam ada, temanggungan banyak, kerosop gula dan non-gula dan campuran atau kerosop jemur open dan gelantan juga ada,” katanya.
Selain jenis-jenis tersebut, Jabar juga punya tembakau unggulan yakni tembakau Pangandaran yang tidak ada duanya di dunia. Tembakau tersebut namanya utaran. Harganya bisa mencapai Rp300 ribu per kilogramnya. Tembakau tersebut sangat laris karena sudah ditunggu pembeli ketika panen.
“Tembakau Jabar lainnya, tembakau setiap musim. Tembakau sayur sebutannya. Jabar sudah bisa ekspor ke luar, yaitu mole dan tembakau hitam. Tembakau hitam terbaik. Itu kelebihan Jabar,” ungkapnya. [Iman]