Saat ini banyak pelajar yang tidak bisa melanjutkan pendidikanya. Selain itu banyak juga pelajar terpaksa berhenti sekolahnya karena biaya. Biaya di sini bukan karena mereka tidak mampu dari segi penghasilannya. Melainkan, uang yang harus dibayarkan untuk biaya sekolah malah justru dibuat membayar produksi tembakau, seperti contoh di Kabupaten Temanggung.
Di sini hak mereka untuk sekolah telah dirampas dan mereka tak bisa mengenyam pendidikan lebih tinggi. Jika tembakau menjadi gantungan pendidikan bagaimana nasib para pelajar? Apalagi, dari data dari Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI), produksi tembakau di Temanggung pada 2019 diperkirakan turun. Karena pertumbuhan tanaman tembakau tidak maksimal akibat musim kemarau datang lebih awal(ANTARA, News, 14/10/2019).
Temanggung dikenal dengan Kota Tembakau dengan kualitas tak tertandingi. Sudah sekitar tujuh tahun harga tembakau Temanggung turun gunung. Amblesnya harga tembakau tak membuat kapok para petani Temanggung. Penjualan harga tembakau yang tidak tentu, menjadikan masyarakat sulit menebak apakah tahun ini rugi atau untung.
Musim tembakau yang menjadi gantungan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya khususnya dalam memenuhi pendidikan.
Selain itu, arus tinggi rendahnya harga tembakau juga berdampak pada pendidikan. Memang, kualitas tembakau hasil panen petani di Temanggung tahun ini dinilai meningkat, namun dari segi kuantitas hasil panen tembakau Temanggung mengalami penurunan (Tribunjateng.com, 16/10/2019).
Harga tembakau belum sesuai harapan petani, jika dibandingkan dengan hasil tembakau saat ini cenderung menurun drastis. Keuntungan dari produksi tembakau memang menggiurkan keuntungannya yang didapat bisa berlipat-lipat.
Akan tetapi jika rugi, sebaliknya kita akan kehabisan seluruh barang yang kita punya. Misalnya, mobil, motor, ladang harus hilang demi melunasi hutang modal.
Produksi tembakau yang tidak membutuhkan sedikit biaya menjadikan para petani tembakau berani berhutang sana-sini. Petani tembakau banyak melakukan pinjaman modal di bank, sehingga jika mereka mengalami kerugian dan tidak mampu membayar hutang pihak bank terpaksa menarik barang yang ada. Berdasarkan wawancara dengan Pak Blumut selaku petani, rata-rata pinjaman untuk modal menanam tembakau awal minimal 20 juta.
Dengan anjloknya harga tembakau membuat para petani tidak dapat membayar hutang modalnya sehingga terpaksa anak-anak mereka yang sedang menempuh pendidikan harus diberhentikan karena kehabisan biaya untuk melunasi modalnya. Harga tembakau yang sulit ditebak menjadi tantangan besar bagi masyarakat.
Saat musim tembakau sukses masyarakat sadar betul akan pendidikan. Sebaliknya, jika tembakau anjlok, masyarakat tidak peduli akan pendidikan.
Tembakau sebagai Kunci
Tahun 2011 tembakau Temanggung mengalami kejayaan. Musim tembakau yang sukses menjadikan angka pelajar dan pendidikan naik. Kegiatan keuangan dalam sekolah sangat lancar, orang tua lebih memperhatikan anak. Selain itu, remaja yang gagal sekolah dimasukkan dalam pondok pesantren kalau tidak mereka diikutkan kejar paket.
Seperti contoh di desa penulis, tingkat pendidikan warga meroket kala itu. Pendidikan naik dari tahun sebelumnya. Artinya, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sudah cukup tinggi baik dari segi pendidikan formal maupun nonformal ketika panen tembakau bagus.
Sudah seharusnya pendidikan harus diratakan. Gembar-gembor akan kewajiban menempuh pendidikan selama 12 tahun atau lulus SMA tidak tergubris dan tidak berpengaruh di masyarakat Temanggung.
Pendidikan di desa penulis yaitu Kemloko masih sangat rendah. Dilihat dari angka lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang menikah semakin bertambah.
Bahkan ada satu desa di desa Kemloko tepatnya di dusun Gunung Sari lulusan SMA hanya satu anak saja. Anjloknya harga tembakau berdampak pada pendidikan.
Anak-anak di usianya yang harus mengenyam pendidikan justru mereka malah nganggur di rumah. Banyak remaja terpaksa putus sekolah, mondok karena faktor dari kegagalan pada musim tembakau.
Seperti wawancara kemarin dengan salah satu anak yang sempat mogok sekolah. “Ya, Mbak, saya sebenarnya masih ingin sekolah, meneruskan cita-cita saya tapi mau gimana lagi orang tua sudah tak sanggup bayar sekolah, sudah malu mbak ditagihin TU sekolah diancam mau dikeluarkan, ya sudah sebelum dikeluarkan sekolah. Saya keluar dululah mbak.”
Anak sudah pasrah apa yang sudah menjadi keputusan orang tua. Mereka hanya manut mengikuti perintah orang tuanya. Begitu pula orang tuanya hanya memikirkan hari itu saja, tidak memperhatikan masa depan anaknya.
Tanaman tembakau masih menjadi andalan bercocok taman di Temanggung khususnya di lereng sumbing. Belum menemukan tanaman pengganti tembakau dalam cocok tanam di musim kemarau. Memang tembakau sedah menjadi gantungan pendidikan di lereng gunung Sumbing tepatnya di Desa Kemloko.
Dalam menanggapai masalah tersebut dibutuhkan beberapa strategi. Ada dua strategi diantararanya adalah strategi jarak jauh dan jarak dekat. Strategi jarak jauh meliputi, pemerintah meningkatkan kesadaran pendidikan masyarakat agar pendidikan diprioritaskan, kedua selain menanam tembakau, ladang perlu diselingi dengan tanaman lain agar ketika tembakau anjlok, masih punya simpanan lain seperti halnya ditanami jahe, cabai, dll.
Untuk jarak pendek pemerintah agar memberikan bantuan dalam membuat surat tembusan ke sekolah agar sekolah memberikan perpanjangan waktu dan orang tua memiliki tindakan untuk berusaha membayar dan mempertahankan sekolah anaknya.
Bagi masyarakat, untuk kaum laki-laki bekerja dalam proyek, selain itu, untuk ibu-ibu bekerja menyulam tempat sampah dan membuat bulu mata. Dari srategi tersebut bisa meningkatkan kesadaran akan tembakau tidak jadi gantungan pendidikan.
Angka pengangguran semakin bertambah, pendidikan semakin lemah. Apakah masih menggantungkan tembakau jika harga tembakau sulit dan masih menjadi teka-teki?
Penulis: Idammatussilmi, Guru MI Najmul Huda Kemloko Temanggung