PABRIK Cerutu Rizona berdiri sejak 1910. Pabrik ini terletak di Jalan Diponegoro 27 Temanggung. Pabrik tersebut berdiri setelah pemiliknya Hoo Tjong An belajar cerutu dari pembuat cerutu asal Filipina.
Lepas menimba ilmu, Hoo Tjong An membangun pabrik kecil dan mempekerjakan warga di sekitar pabrik. Nama Rizona diambil dari merek cerutu luar negeri.
Meski Temanggung merupakan penghasil tembakau, cerutu Rizona sebagian besar tidak memanfaatkan tembakau Sumbing-Sindoro karena tembakau Temanggung terlalu tebal dengan tulang daun yang kekar sehingga akan patah dan sobek ketika digulung.
Produsen ini lebih banyak mendatangkan bahan baku dari Jember Jawa Timur. Konsumennya, kala itu adalah orang-orang Barat di Temanggung dan daerah lain di pulau Jawa. Tetapi seiring perkembangan zaman, cerutu kalah dengan rokok kretek dan klembak menyan sehingga produksinya semakin menurun.
Tahun 1940 Rizona dipimpin anak Hoo Tjong An, Sunardi Hartono. Lima puluh tahun kemudian anak Sunardi, Mulyadi Hartono memegang kendali.
Tetapi saat ini produksi cerutu kurang menguntungkan dikarenakan jumlah konsumen yang sedikit. Kini, Mulyadi mempekerjakan 38 orang yang bertugas membersihkan daun tembakau sampai mengepak dus-dus cerutu.
Sebagian besar karyawan adalah kaum perempuan yang dianggap lebih telaten dan Iebih rapi dalam bekerja.
Pemilik Pabrik Cerutu Rizona Temanggung, Mulyadi Hartono, menjelaskan, tak hanya proses pembuatan cerutu yang masih dipertahankan, tembakaupun masih dipasok dari Jember.
Proses pembuatan cerutu dimulai dengan pengasapan tembakau. Daun tembakau lalu difermentasi selama kurang Iebih satu tahun. Daun tembakau hasil fermentasi yang sudah pecah, tebal, dan hitam dipiiih sebagai isi cerutu. Sedangkan daun yang halus dan terang dipakai untuk bungkus lintingan tembakau.
Tembakau isi cerutu dirajang, sementara daun tembakau untuk pembungkus dibasahi air supaya tidak pecah. Daun itu kemudian digulung melintang membungkus isi cerutu.
Agar lintingannya benar-benar sempuma, cerutu dipres selama dua jam dalam cetakan kayu kemudian dibungkus Iagi dengan daun tembakau.
Kedua ujungnya dipotong sesuai dengan ukuran. Setelah itu, cerutu dijemur sehari untuk mengurangi kadar air, lalu cerutu difumigasi agar tidak ada serangga dan jamur yang tinggal di daun. Setelah itu cerutu diperam selama dua bulan, baru kemudian dibungkus plastik dan dikemas ke dalam kotak.
Rizona mempunyai tiga merek cerutu, yaitu Kenner King Extra, Kenner Bollero, dan Havana Extra Fine. Sekotak Kenner King Extra berisi 20 batang. Ukuran cerutu ini lebih besar dibandingkan dua merek lain.
Sekotak Kenner Bollero berisi 20 batang.Sedangkan Havana dengan ukuran paling kecil berisi 30 batang. Selain ukuran, tiga merek ini juga berbeda rasa.
Dalam sehari, Rizona mampu menghasilkan 3.000 batang cerutu. Cerutu-cerutu tersebut dipasarkan hingga Jakarta, Bandung, Medan, Surabaya, dan Malang. Pasar paling besar adalah Jakarta dan Bandung.
Sementara itu, Administrasi Pabrik Cerutu Rizona, Fita Susanti menjelaskan, lem yang digunakan dibuat khusus dari bahan alami yang layak konsumsi, yaitu tepung dan pati. Proses pembuatan cerutu tidak menggunakan saus atau bahan kimia.
Saat ini, Kenner King Extra dijual Rp30 ribu per bungkus, Kenner Bollero Rp24 ribu dan Havana Extra Fine Rp30 ribu per bungkusnya.
Sejauh ini, Kenner Bollero paling banyak diminati dengan tingkat penjualan berkontribusi lebih dari 70 persen dibanding dua merek lain.
Pabrik juga menyediakan pembelian langsung. Operasional perusahaan buka setiap Senin-Jumat, mulai pukul 08.00-16.00. Sedangkan hari Sabtu buka setengah hari dari 08.00 sampai 14.00. Sementara, hari Minggu libur. Nah mau mencoba sekotak kenikmatan mengisap cerutu?
Sumber: Tribun