Budidaya maggot tengah menjadi trend untuk dikembangkan di Indramayu. Maggot dinilai memiliki peluang yang sangat menjanjikan.
Para pemuda di Desa Arjasari, Kecamatan Patrol, Kabupaten Indramayu, contohnya, mendirikan instalasi bio konvensi atau Rumah Maggot yang penggunannya diresmikan pada Jumat, 11 Juni 2021, lalu.
Maggot adalah larva dari lalat Black Soldier yang diperoleh dari proses biokonversi Palm Kernel Meal. Biokonversi merupakan hasil fermentasi sampah–sampah organik menjadi sumber energi metan yang melibatkan organisme hidup.
Proses fermentasi seperti ini dikenal sebagai penguraian secara anaerob. Organisme yang umumnya berperan pada proses biokonversi ini adalah bakteri, jamur, serta larva serangga. Keberadaan Rumah Maggot tersebut diinisiasi oleh para pengggerak lokal dan patriot Desa Arjasari.
Rumah Maggot tersebut merupakan salah satu keberhasilan program Patriot Desa dalam mendukung masyarakat untuk dapat mengolah limbah sampah organik secara mandiri.
Budidaya maggot turut serta membangun potensi ekonomi karena dapat mendatangkan penghasilan tambahan bagi masyarakat. Rumah Maggot ini menggerakan dua unsur secara bersamaan yakni pembangunan ekonomi dan lingkungan.
Staf Senior Pemberdayan Masyarakat Desa Kabupaten Indramayu DPMDes Jawa Barat, Hilmi Hilmansyah, menjelaskan, program Patriot Desa di Kabupaten Indramayu memiliki program tematik di bidang lingkungan, salah satu hasil dari program tersebut adalah pembangunan Rumah Maggot yang ada di Desa Arjasari.
Program tersebut merupakan upaya untuk memperbaiki kualitas lingkungan di Desa Arjasari. “Setelah ini akan mencoba menerapkan program integrated-farming skala desa, sehingga semuanya saling terintegrasi dan menguntungakan masyarakat,” kata Hilmi.
Hilmi mencontohkan, sampah organik dikumpulkan oleh masyarakat setiap dusun. Sampah dari dusun A akan diberdayakan untuk budidaya Maggot, sementara sampah dari dusun B akan diberdayakan untuk beternak ayam dengan suplai pakan dari dusun A.
“Dengan integrasi seperti itu maka ada kejelasan pasar untuk menjual hasil produksi yang juga dinikmati oleh warga setempat,” ujar Hilmi.
Sementara itu Patriot Desa Arjasari, Azka Mahendra mengatakan, Rumah Maggot Arjasari merupakan wadah untuk pembelajaran dan praktik bagi masyarakat untuk sadar terhadap penanganan kualitas lingkungan dari aspek persampahan. Penggerak lokal Desa Arjasari mulai mengaktifkan dengan memanfaatkan sampah organik dari warga.
“Dari bio konversi ini hasilnya ada larva maggot dan kompos. Ini sangat menguntungkan warga Desa Arjasari rupiah demi rupiah sudah bisa kita dapatkan saat ini,” kata Azka.
Dia menjelaskan, 1 kilogram larva maggot mampu mereduksi 2-3 kilogram sampah per hari, tergantung dari usia larvanya tersebut. Semakin dewasa larva maka semakin banyak pula sampah yang direduksi. Larva maggot yang dihasilkan bisa menjadi alternatif pakan ternak atau ikan dan kebutuhan lainnya.
Azka menambahkan, 1 gram telur maggot saat ini dihargai Rp5.000, sedangkan untuk fresh maggot 1 kilogram bisa mencapai Rp6.000–Rp7.000. Maggot juga bisa diolah untuk dijadikan sebagai pakan ternak/ikan dalam bentuk dry maggot, dry powder maggot, dan masih banyak lainnya.
“Semakin banyak olahan maggot yang inovatif maka semakin tinggi juga nilai jual dari produk olahan tersebut,” katanya.
Sementara itu, Kepala Desa (Kuwu) Arjasari, Jamaludin memberikan apresiasi atas program Patriot Desa Jawa Barat yang telah mendampingi masyarakat Desa Arjasari untuk mengatasi masalah persampahan sekaligus meningkatkan pendapatan warganya melalui Rumah Maggot.
“Harapannya penggerak lokal mampu menciptakan Rumah Maggot lainnya yang ada di setiap dusun di Desa Arjasari. Jika ini terwujud pendapatan masyarakat akan terus meningkat dan lingkungan akan terjaga,” kata Jamaludin.(ayomedia)