Potret

Petani Tembakau Sumedang Khawatir Rajangannya Dage

Wida Widaningsih (29), petani tembakau di Desa Pasigaran, Tanjungsari, Sumedang, Jawa Barat. [Foto: Seli Andina Miranti/Tribun Jabar]

Musim hujan tak hanya membuat petani tembakau di Desa Pasigaran, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, kesulitan menjemur tembakau mereka agar kering.

Selama musim hujan, para petani tembakau juga dibayang-bayangi kemungkinan tembakau hasil rajangan (dicincang) gagal, atau dalam bahasa daerahnya, menjadi dage.

Dage merupakan kondisi di mana tembakau gagal mengering dan justru menghitam, bukan coklat kekuningan seperti seharusnya.

Hal tersebut disampaikan Wida Widaningsih (29), salah satu petani tembakau di Desa Pasigaran, Sabtu (2/2/2019).

Dage, menurut Wida, terjadi bila tembakau yang baru dirajang tak cepat-cepat dijemur, sehingga tembakaunya menghitam.

Masalahnya, musim hujan membuat para petani terkadang menyimpan tembakaunya terlebih dahulu karena hujan.

“Kalau jadinya dage, ya rugi sekali, soalnya harganya turun jatuh,” ujar Wida Widaningsih.

Bila harga tembakau berkualitas baik biasanya dijual Rp 500 ribu seikatnya, maka tembakau yang gagal atau dage hanya dihargai Rp 200 ribu seikatnya.

“Harganya bahkan tidak setengahnya, istilahnya mah rugi bandar,” ujar Wida.

Wida berharap musim hujan kali ini tembakau miliknya tidak menjadi dage agar nilai jualnya tidak berkurang.***

Sumber: Tribun Jabar


Redaksi

About Author

You may also like

Potret

Dinas Perkebunan Jambi Lirik Potensi Tembakau Rakyat

Potensi komoditi perkebunan tembakau (tobacco) di Provinsi Jambi, terutama di tiga daerah penghasil, seperti Kabupaten Merangin, Kota Sungai Penuh, dan
Potret Tradisi

Jejak Yap Kay Tjay, Pemburu Tembakau Asal Tiongkok

Ratusan tahun, penjelajah dari berbagai negara Eropa, Tiongkok, Jepang, Timur Tengah dan lain-lain berebut masuk di daratan nusantara. Mereka tertarik